Selasa, 24 Juli 2007

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI SMP AR-RISALAH LIRBOYO KOTA KEDIRI, PERANYA DALAM MENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN”.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki abad XXI, di iringi ketidakpastian global hal ini di tandai dengan perubahan paradigma ilmu dan tehknologi di sertai kompetisi di segala bidang. Agar bangsa Indonesia mampu berkompetisi dengan negara-negara lain, maka harus sejak dini bangsa Indonesia di tuntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), melalui peningkatan mutu pendidikan.
Pembangunan nasional yang kita laksanakan adalah manifestasi tanggung jawab kebangsaan dalam mewujududkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Pembangunan pendidikan yang dilaksanakan pemerintah bersama masyarakat merupakan pengejawantahan salah satu cita-cita nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, proses pencerdasan bangsa dilakukan baik melalui jalur sekolah maupun jalur luar sekolah. Pada giliranya, kesempatan memperoleh pendidikan untuk semua semakin dirasakan masyarakat, karena pendidikan dijadikan kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat.
Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan belum menunjukan hasil yang menggembirakan, bahkan masih banyak kegagalan dalam implementasinya di lapangan. Kegagalan demi kegagalan antara lain disebabkan oleh masalah menejemen yang kurang tepat, penempatan tenaga tidak sesuai dengan bidang keahlian, dan penanganan masalah bukan oleh ahlinya yang semua itu dibawah kebijakan pemimpin satuan sekolah. Sehingga tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan mutu pada setiap jenis dan jenjang belum dapat diwujudkan.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan dalam undang-undang sisdiknas bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan kualitas pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, pemerintah dalam hal ini menteri pendidikan nasional telah mencanangkan gerakan peningkatan mutu pendidikan pada tanggal 02 mei 2002 . hal ini merupakan momentum yang paling tepat dalam rangka mengantisipasi dan mempersiapkan peserta didik memasuki era globalisasi, yang beberapa indikatornya telah dapat dirasakan sekarang ini, dimana tehnologi mampu menembus batas-batas antarwilayah dan antar Negara. Kesemuanya itu perlu dipersiapkan melalui pendidikan yang berkualitas dibawah kepemimpinan kepala sekolah professional.
Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada sekolah dalam mengembangkan berbagai potensinya, memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspeknya, agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan misi dan visi yang diemban sekolahnya. sebagai ilustrasi dapat dikemukakan misalnya, kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan melakukan pengelolaan keuangan dengan sebaik-baiknya di sekolah. Kemampuan ini diperlukan, karena kalau dulu kepala sekolah diberi bantuan oleh pemerintah dalam bentuk sarana dan prasarana pendidikan yang sering kurang bermanfaat bagi sekolah, maka dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, bantuan langsung diberikan dalam bentuk uang, mau diapakan uang tersebut bergantung sepenuhnya kepada kepala sekolah; yang penting dia dapat mempertanggung jawabkanya secara professional.
Jika sebelumnya menejemen pendidikan merupakan wewenang pusat dalam paradigma top down atau sentralistik, maka dengan berlakunya undang-undang tersebut kewenangan bergeser pada pemerintah daerah kota dan kabupaten dalam wujud pemberdayaan sekolah, yang meyakini bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan sedapat mungkin keputusan seharusnya dibuat mereke yang berada di garis depan (line staf), yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kebijakan, dan terkena akibatnya secara langsung, yakni guru dan kepala sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti diungkapkan supriadi (1998 :364) bahwa : “ Erat hubunganya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunya perilaku nakal peserta didik “Dalam pada itu, kepala sekolah bertanggung jawab atas menejemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran disekolah . sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 Ayat 1 PP 28 Tahun 1990 bahwa: “kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainya, dan penyalahgunaan saran dan prasarana”.
Kepemimpinan dalam sekolah mempunyai tanggungjawab tersendiri; para pemimpin dan kepala sekolah memilki peran yang sangat menentukan bagi keberhasilan sekolah.
Kepala sekolah adalah orang yang berada di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkan pembelajaran yang bermutu. Kepala sekolah diangkat untuk menduduki jabatan yang bertanggung gugat mengkoordi-nasikan upaya bersama mencapai tujuan pendidikan pada level sekolah masing-masing.
Kepala sekolah memainkan peran yang termasuk sangat menentukan. Misalnya, studi dengan pendekatan sosiologi tentang efektivitas sekolah menengah menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah memainkan peran yang sangat penting (Lightfoot, 1983; lihat juga telaahan mutakhir trends & issue manajemen pendidikan yang dikompilasi dalam ERIC, 2002). Kepala sekolah bukan manajer sebuah unit produksi yang hanya menghasilkan barang mati, seperti manajer pabrik yang menghasilkan sepatu, misalnya. Lebih dari para manajer lainnya, ia adalah pemimpin pendidikan yang bertanggung jawab menciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang memungkinkan anggotanya mendayagunakan dan mengembangkan potensinya seoptimal mungkin. Dalam lingkungan seperti itu, para guru dan peserta didik termotivasi untuk saling belajar, saling memotivasi, dan saling memberdayakan. Suasana seperti itu memberi ruang untuk saling belajar melalui keteladanan, belajar bertanggung jawab, serta belajar mengembangkan kompetensi sepenuhnya, bukan sekadar kompetensi kognitif. Kepala sekolah seharusnya berada di garda paling depan dalam hal peneladanan, pemotivasian, dan pemberdayaan itu.
Apa yang diungkapakan diatas menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efesien. Disamping itu, perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi, seni dan budaya yang diterapkan dalam pendidikan di indonesia juga cenderung bergerak maju pesat, sehingga menuntut penguasaan secara profesioanal. Menyadari hal tersebut , setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya peningkatan profesional sekolah secara professional untuk menyukseskan program-program pemerintah yang sedang digulirkan, yakni otonomi daerah, desentralisasi pendidikan, menejemen berbasis sekolah, kurikulum berbasis kompetensi , benc marking, broad basic educasion, life skill, kontekstual learning, dan undang-undang sisdiknas, yang kesemuanya menuntut peran aktif dan kinerja profesioanal kepala sekolah.
Kepala sekolah merupakan pemegang wewenang dalam ruang lingkup satuan sekolah, baik dalam proses administrasi, menejemen, proses pembelajaran dan laisebagainya. Yang berkaitan maju mundurnya seluruh kepentingan satuan sekolah, lini tersebut berperan penuh untuk kemajuan dan mundurnya sebuah satuan sekolah, penguasaan teori dan implementasi tentang kepemimpinan kepala sekolah merupakan keharusan demi perbaikan satuan sekolah .
SMP Ar-Risalah telah menorehkan sedikit banyak prestasi dalam mutu sekolah, hal tersebut tidak lain karena kontribusi kepemimpinan kepala sekolah, proses tersebut tentu tidaklah mudah untuk dicapai, tetapi memerlukan berbagi macam usaha yang kompleks, sehingga bagi penulis dirasa sangat sesuai untuk diteliti, disaat kondisi bangsa kita yang sedang terpuruk dalam hal pendidikan, maka deskripsi kepemimpinan kepala sekolah sangat diperlukan, sesuai dengan teori kependidikan yang telah dibahas oleh pakar pendidikan terdahulu.
Berawal dari pemikiran diatas, tentang realitas pendidikan dibangsa kita, potret kelembagaan pendidikan yang telah melakukan tranformasi kelembagaan, perlu diteliti sebagai bahan pertimbangan untuk satuan pendidikan yang lain, dengan kata lain sebagai potret rill yang perlu dijadikan bahan pemikiran untuk proses transformasi kelembagaan dengan melalui jalur kepemimpinan kepala sekolah, sebagau upaya perbaikan dunia pendidikan kita terus – menerus.
Maka sebagai upaya memverivikasi arti kepemimpinan kepala sekolah dengan literature bahan kependidikan yang telah ada, dan melihat sekolah yang dinilai telah melakukan transformasi kearah tersebut, maka kiranya sesuai, penulis mengambil sebuah tema “ Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Ar-Risalah dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah” sebagai bahasan dalam kajian ini, yang nantinya penulis berharap akan melengkapi khazanah ilmiah tentang dunia pendidikan di Indonesia khususnya.
B. Rumusan Masalah
Melihat dari persoalan diatas, untuk mempermudah pemahaman kita tentang fokus penelitian, maka focus penelitan yang dikaji dalam penelitian ini muncul dengan bentuk pertanyaan, sebagai berikut :
1. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah di SMP Ar-Risalah dalam upaya meningkatan kualitas pendidikan ?
C. Tujuan Penelitian
Menilik pernyataan yang tertuang dalam focus penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kepemimpinan sekolah di SMP Ar-Risalah.
2. Untuk mengetahui ugensi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
D. Kegunaan Penelitian
Kerangka pemikiran diatas, ada beberapa kegunaan yang penulis harapkan dalam penelitian.
1. Untuk melengkapi tugas-tugas dan persyaratan dalam menempuh gelar sarjana PAI pada fakultas tarbiyah IAIT Kediri.
2. Sebagai bagian dari upaya memperbaiki dunia pendidikan
3. Sebagai bahan evaluasi bagi penyelenggara pendidikan baik pihak pengelola maupun birokrasi pendidikan.
4. Sebagai khasanah disiplin ilmu pendidikan bagi fakultas tarbiyah
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis menjelaskan beberapa istilah untuk menyamakan pemahaman tentang judul skripsi ini, yaitu : “Kepemimpinan Kepala Sekolah Di SMP Ar-Risalah Dalam upaya Meningkatan Kualitas sekolah”.
Kepemimpinan :Kemampuan mempengaruhi, mendorong, mengajak, dan menggerakakan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu ( Dirawat,1986).
Kepala sekolah : Pemimpin di tingkat satuan sekolah
Sekolah : Lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan memberikan pelajaran atau pembelajaran.
Kualitas : Kualitet : Mutu, baik buruknya barang



F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembuatan skripsi ini, penulis menyusun dalam beberapa bab dan sub bab. Untuk lebih jelasnya penulis kemukakan sitematikanya sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan. Meliputi, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional serta Sistematika Penulisan.
Bab II : Landasan Teori. Dalam Hal Ini Meliputi, Kajian Tentang Pengertian Kepemimpinan, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Type, Fungsi, Dan Teory-Teori Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Upaya Meningkatkan Kualitas Sekolah
Bab III : Metode Penelitian. Dalam Hal Ini Meliputi, Pendekatan Dan Jenis Penelitian, Kehadiran Penelitian, Data Dan Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Serta Tahap-Tahap Penelitian.
Bab IV : Paparan Data Dan Pembahasan. Dalam Hal Ini Meliputi, Paparan Data, Temuan Penelitian, Dan Pembahasan.
Bab V : Penutup. Dalam Hal Ini Meliputi, Tentang Kesimpulan Dan Saran


BAB I I KAJIAN TENTANG KEPEMIMPINAN LEMBAGA PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Istilah “kepemimpinan lembaga pendidikan” mengandung dua pengertian , dimana kata pendidikan menerangkan dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri – ciri bagaimana yang harus atau terdapat atau dimiliki oleh kepemimpinan itu.
Pengertian kepemimpinan itu bersifat universal, berlaku dan terdapat pada berbagai bidang kehidupan manusia. oleh karena itu maka sebelum dibahas pengertian kepemimpinan yang khusus menjurus kepada bidang pendidikan, maka pengertian kepemimpinan yang bersifat universal itulah yang perlu dipahami lebih dahulu.
1. Beberapa Batasan Kepemimpinan
a. secara umum pengertian kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai berikut :
kepemimpinan berarti kemampuan dam kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian sesuatau maksud dan tujuan – tujuan tertentu.
Dalam satu situasi kepemimpinan terlihat adanya unsur :
- orang – orang yang dapat mempengaruhi orang lain disatu pihak.
- Orang – orang yang dapat pengaruh dilain pihak.
- Adanya maksud – maksud atau tujuan tertentu yang hendak dicapai.
- Adanya serangkaian tindakan tertentu untuk memepengaruhi dan untuk mencapai maksud atau tujuan – tujuan itu.
Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, membimbing, mengarahkan atau memaksaorang lain untuk berbuat itu terlihat didalam proses memimpin yang terjadi dalam hubungan antar manusia dengan manusia lain, maupun antar individu dengan kelompok individu ynag terorganisir secara temporer atau permanen dalam suatu wadah yang disebut organisasi, lembaga, kantor atau bentuk bentuk kelompok lainya.
a. negara kita berdasarkan falsafah pancasila . hal ini berarti tiap warga negara yang baik seharusnya menghayati dan mengamalkan pancasila tersebut, lebih – lebih para pemimpin pendidikan . mereka ini memiliki posisi yang strategis dalam dunia pendidikan dan di dalam masyarakat. karena itu mereka dituntut untuk memiliki kepemimpinan yang berdasarkan pancasila, agar sikap dan kelakuanya mencerminkan moral pancasila.
Kepemimpinan yang berdasarkan pancasila , yaitu kepemimpinan yang memliki jiwa pancasila , yang memliki wibawa dan daya mampu untuk membawa serta dan memipin masyarakat lingkunganya kedalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan pancasila dan undang – undang dasar 1945.
b. Drs Marjin syam, dalam bukunya “ kepemimpinan dalam organisasi “ menjelaskan kepemimpinan itu sebagai berikut :
Kepemimpinan adalah keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan : atau dengan definisi yang lebih lengkap dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pemberian bimbingan ( pimpinan ) atau tauladan dan pemberian jalan yang mudah (fasilitas) daripada pekerjaan orang – orang yang terorganisir dalam organisasi formal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Carter V. Good berpendapat bahwa pengertian kepemimpinan itu tidak lain daripada kesiapan mental yang terwujud dalam bentuk kemampuan seseorang , memberikan bimbingan , mengarahkan dan mengatur serta mengelola orang lain agar mereka berbuat sesuatu. Kesiapan dan kemampuan itu pada situasi tertentu memberikan kemungkinan kepada pemimpin tersebut untuk memainkan peranan sebagai juru tafsir tentang kepentingan /minat dan tujuan kelompok atau tujuan – tujuan yang ingin dicapai oleh sekelompok individu.
Karena kesiapan mental dan kemapuan dalam bertindak memainkan peranan – peranan tersebut , yang merupakan kelebihanya dari anggota – anggota kelomp[ok , maka ia diakui dapat diterima oleh anggota – anggotanya sebagai pimpina dikalangan mereka, sebagai juru bicara pada kelompok itu.
d. Viviene Anderson dan Daniel R Davies , dua orang penulis kepemimpinan pendidikan Ameriaka Serikat yang terkenal, dalam bukunya “ patern of educational leadership” berpendapat , agaknya dari tinjauan sudut yang sama dengan good, kedua penulis memandang kepemimpinan sebagai sifat , kualitas kepribadian dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang . sifat-sifat, kualitas kepribadian dan kemampuan – kemampuan tertentu yang dimiliki oleh seseorang itu memungkinkan dia dapat berhasil mempengaruhi “gropnya”nya . karena kemampuan mempengaruhi daripada pemimpin itu , maka mereka dengan penuh kerelaan menerima tanggung jawab dan giat ambil bagian secara aktif pada setiap kegiatan kerja kelompok dimana ia bekerja akan berada didalamnya.
e. Stephen J. Knezevich , seorang ahli administrasi pendidikan berpendapat bahwa kepemimpinan itu merupakan suatu kekuatan atau potensi yang berhubungan dengan kekuatan mausiaatau potensi yang berhubungan denag tenaga manusia , energi individu – individu yang tergabung dalam kelompok kerjasam yang terorganisir secara rapi.
f. Kimball Willes , akhirnya dengan secara singkat mendefinisikan kepemimpinan itu dari sudut pandangan yang agak berbeda , dan dengan “scope” pengertian yang lebih luas daripada keterangan – keteranagan pengarang – pengarang dari pada keterangan – keterangan yang telah disebutkan terdahulu, tetapi tidak menunjukan adanya perbedaan pengertian atau pertentangan maksud secara tajam.
Beliau tidak memandang kepemimpinan itu sebagai satu kesiapan, kemampuan atau energi belaka, tetapi kepemimpinan itu sebagai suatu sumbangan dari setiap orang yang dapat bermanfaat didalam penetapan dan pencapaian tujuan group secara bersama. Apa yang dimaksud Kimball Willes dengan kepemimpinan itu sebenarnya secara implisit merangkum unsur – unsur yang ditonjolkan oleh penulis – penulis terdahulu.
Kepemimpinan merupakan inti menejemen , memang demikianlah halnya menurut Somdang P Siagaan ( 1985) karena kepemimpinan merupakan motor penggerak dari semua sumber – sumber dan alat – alat ( resources) yang tersedia bagi suatu organisasi . resources ini digolongkan pada dua golongan besar yakni : 1. human resources dan 2. non human resources . tugas dasar pemimpin adalah membentuk dan memelihara lingkunan dimana manusia bekerjasama dalam satu kelompok yang terorganisir dengan baik , menyelesaikan tugas mencapai tujuab yabf telah ditetapkan . kepemimpinan merupakan akitivitas menejerial yang penting didalam setiap organisasi khususnya dalam pengambilan kebijakan dan keputusan sebagai inti dari kepemimpinan . menurut Gordon (1990), tidak semua orang dapat menjadi pemimpin yang efektif dalam satu organisasi.
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang anggotanya dapat merasakan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi , baik kebutuhan bekerja , motivasi , rekreasi , kesehatan , sandang , pangan, tempat tinggal , maupun kebutuhan lainya yang pantas didapatkanya. Pendek kata semua kebutuhan anggota dalam organisasi terpenuhi dengan baik. Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin menurut Wirawan (2002:650 maksudnya adalah orang yang dikenal oleh dan berusaha mempengaruhi pengikutnya untukmerealisir visinya .
Kepemimpinan : kemampuan mempengaruhi , mendorong , mengajak, dan menggerakakan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu ( Dirawat,1986), kepemimpinan yang disebutkan Gary Yukl (1994:5) yaitu proses mempengaruhi dan menterjemahkan keinginan – keinginan para anggota atau pengikut yang menekanakan pada tujuan dan sasaran organisasi melalui kegiatan memberi motivasi , memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan anggota , dan memberi dukungan pada kelompok – kelompok tertentu diluar organisasi dan didalam organisasi. Sementara itu Boles (1980) menyebutkan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses atau sejumlah aksi dimana satu orang atau lebih menggunakan pengaruh , wewenang atau kekuasaan terhadap orang lain dalam menggerakan sosial guna mencapai tujuan sistem sosial. Kemudian , Gardner (1980) mendefinisikan bahwa kepemimpinan adalah seseorang yang mampu membujuk atau mengajak kelompok untuk bekerja sama mencapai tujuan.pemimpin dalam satu organisasi oleh gordhon (1976) dijelaskan bahwa hubungan pemimpin dengan staf berpengaruh positif terhadap efektifitas kepemimpinanya.

b. LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA

penyelenggaraan sistem pendidikan nasional dilaksanakan melalui bentuk – bentuk kelembagaan beserta program – programnya . butir – butir berikut ini akan membahasnya :
Kelembagaan Pendidikan :
pendidikan nasional dilaksanakan melalui lembaga – lembaga pendidikan baik dalam bentuk sekolah maupun dalam bentuk kelompok belajar.berdasarkan UU RI NO 20 Thn 2003 tentang sistem pendidikan nasional :
BAB VI
Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
1. jaluir pendidikan terdiri atas pendidikan formal , nonformal, dam informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
2. pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diselenggarakan dengan sistem terbukamelalui tatap muka dan /atau melalui jarak jauh.
Pasal 14
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar pendidikan menengah , dan pendidikan tinggi.
Pasal 15
Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum , kejuruan , akademik, provesi, vokasi , keagamaan, dan khusus.
Pasal 15
Jalur, jenjang , dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Berdasarkan UU RI tersebut, maka kelembagaan pendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendidikan. Yaitu dua jalur, jalur pendidikan sekolah ( formal ) dan jalur pendidikan luar sekolah (non/in formal).
1. Lembaga Pendidikan Formal
Arti Sekolah .
membahas masalah sekolah sebagai lembaga pendidikan formal perlu diketahu dikatakan formal karena diadakan disekolah /tempat tertentu, teratursistematis, mempunyai jenjang dan dalam kurun waktu tertentu, serta berlangsung mulai dari TK sampai PT, berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan.
Pada umumnya lembaga formal adalah tempat yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan , dan paling mudah untuk membina generasi muda yang dilaksanakan oleh pemerinrah dan masyarakat.
Bagi pemerintah karena dalam rangka pengembangan bangsa dibutuhkan pendidikan , maka jalur yang ditempuh untuk mengetahui outputnya baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Oleh karena itu apa sebetulnya sekolah itu ?
Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut dengan kurikulum.
A. membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar , memperbaiki dan memperdalam /memeperluas, tingkah laku anak /peserta didik yang dibawa dari keluarga serta membantu pengembangan bakat.
B. Mengembangkan kepribadian peserta didik agar :
1. peserta didik dapat bergaul dengan guru, karyawan dengan temanya sendiri dan masyarakat sekitar.
C. Pesreta didik belajar taat pada peraturan/tahu disiplin.
D. Mempersiapkan peserta didik terjun ke masyarakatberdasarkan norma – norma yang berlaku.
2. Jenjang Lembaga Pendidikan Formal :
Pendidikan Tinggi
Pendidikan Menegah - SMP - Umum
- Kejuruan
SMA - Umum
- Kejuruan
3. Jenis Lembaga Pendidikan Formal
Formal
1. Umum
- PT, SMTA, SMTP, SD, TK
2. Kejuruan
- Tehnik Industri - STM
- Kejuruan - SMEA
- Kerumah Tanggaan - SMKK, SPK, SAA, SMPS
- Jasa - SPK
- Pertanian - SMPT
4. Tujuan Pengadaan Lembaga Pendidikan Formal;
a. tempat sumber ilmu pengetahuan
b tempat untuk mengembangkan bangsa
c. tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa pendidikan itu penting guna bekal kehidupan masyarakat siap pakai.
3. Lembaga Pendidikan Non Formal (PLS)
lembaga pendidikan non formal atau lembaga pendidikan luar sekolah (pls) ialah semua bentuk pendidikan yang dilksanakan dengan sengaja , tertib dan brencana diluar kegiatan sekolah. Komponen yang diperlukan haru disesuiakan dengan keadaan anak/peserta didik agar memperoleh hasil yang memuaskan, antara lain :
1. guru/pengajar/pembimbing atau tutor.
2. fasilitas
3. cara menyampaikan / metode
4. waktu yang dipergumakan.
5. pendidikan ini juga dapat disesuaikan dengan keadaan masing – masing.
sekarang siapakah yang menjadi raw inputnya ?
1. penduduk usia sekolah yang tidak sempat masuk sekolah /pendidikan formal atau orang dewasa yang meginginkanya.
2. mereka yang drop out dari sekolah /pendidikan formal baik dari segala jenjang pendidikan.
3. mereka yang telah lulus satu tingkat jenjang pendidikan formal tertentu tetapi tidak dapat meneruskan lagi.
4. mereka yang telah bekerja tetapi masih ingin mempunyai ketrampilan tertentu.
Dilihat dari raw input di atas pendidikan non formal bersifat fungsional dan praktis serta berpandangan luas dan berinteregasi satu sama lainya yang akhirnya bagi yang berkeinginan dapat mengikutinya dengan bebas , tetapi juga berikat dengan peraturan tertentu.
Bidang Pendidikan Non Formal
Menurut surat keputusan menteri Dep.Dik Bud Nomor 079/0/1975 T anggal 19 april 1975, Bidang Pendidikan Non Formal meliputi :
1. pendidikan masyarakat.
2. keolahragaan
3. pembinaan generasi muda.
Oleh karena ketiganya ini mempunyai fungsi dan tugas untuk mengemban pendidikan yang dapat diperinci sebagai berikut :
1. fungsi dan tugas pendidikan masyarakat :
Fungsi :
1. membina program kegiatan dan kurikulum latihan masyarakat.
2. mengurus dan membina pengurus tenaga tekhnis masyarakat.
3. mengurus dan membina sarana pendidikan masyarakat.
Tugas :
1. menyusun program kegiatan dan memberi petunjuk serta pengarahan kepada orang yang bergerak dibidang masyarakat.
2. mengendalikan dan menuai tenaga tehnis serta menggunakan sarana sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
3. membimbing dan mengendalikan kegiatan usaha dibidang oendidikan masyarakat.
4. menyelenggarakan supervise , membuat laporan, dan mengajukan usul kepada Ka Kan Wil setempat.
2. Fungsi Dan Tugas Keolahragaan :
a. Fungsi :
1. membina program olahraga dengan kurikulum pendidikan luar sekolah .
2. mengurus tenaga tehnisnya dan sarana prasarana.
b. Tugas :
1. Menyusun Program Keolahragaan.
2. menilai tugas tehnisnya.
3. membimbing dan mengendalikan penyel;enggaraanya.
4. membuat laporan belaka.
5. mengajukan usul/saran/pertimbangan kepada atasanya.
3. fungsi dan tugas pembinaan generasi muda :
a. Fungsi :
1. membina program kegiatan dan kurikulum latihan kepemudaan .
2. mengurus dan membina tenaga tehnis kegiatan pembinaan generasi muda termasuk sarananya.
b. Tugas :
1. mnyusun program kegiatan pembinaan generasi muda .
2. menilai dan mengendalikan tenaga tehnis beserta sarana dan prasarananya.
3. membina kerjasam dengan badan lain yang terkait.
4. Menyelenggarakan Supervise.
5. membuat laporan/usul/saran/pertimbangan kepada Ka Kan Wil .
lalu apakah apakah yang perlu digarap oleh bidang tersebut diatas?
1. Bidang Pendidikan Masyarakat :
a. meningkatkan kecakapan dasar masyarakat dengan karya dasar atau dan bacaan.
b. Memberi kursus kejuruan dengan peningkatan mutunya.
c. Membina kesejahteraan keluarga dengan membimbing kegiatan wanita , misalnya melalui PKK , POSYANDU, LKMD dan lain – lain.
2. Bidang Keolahragaan.
a. membina olahraga karya pelajar /mahasiswa masyarakat.
b. Membina organisasi induk olahraga dari segala jenisnya.
3. Bidang Pembinaan Generasi Muda .
a. membina organisasi pemuda
b. membina panti pemuda
c. membina kegiatan pemuda
adapun lembaga yang terkait dengan pendidikan non formal yaitu :
1. Pendididkan masyarakat :
a. PLPM ( pusat latihan pendidikan masyarakat).
1. raw inputnya mereka yang putus sekolah/ pendidikan formal /mereka yang belum pernah sekolah.
2. latihanya dapat berjudul :
a. mejahit, memasak dan merias.
b. Dekorasi , reparasi , fotografi
c. Pertukangan ,pembengkelan.
b. PKK remaja
1. Pembinaanya : Kepala Desa
2. latihanya : aneka ragam ketrampilan tergantung keuangan desa tersebut.
c. perpustakaan masyarakat :
1. pembinaanya : departemen pendidikan dan kebudayaan
2. materinya ; buku – buku keperluan praktik untuk hidup dihari nanti.
3. sasranya : sampai tingkat kecamatan.
d. kursus penyelengaraan swasta
1. pembinaanya : departemen pendidikan dan kebudayaan.
2.macamnya : menjahait , memasak , merias, stenografi , mengetik, akutansi , computer , bahasa asing piano , montir , bengkel , dan lain – lain.
2. keolahragaan :
a. pembinaan utama : KONI ( komite olahrag nasional Indonesia)
b. lembaga organisasi : PPSI , PBSi , PBVSI , PASI, dan lain – lain.
Anggota : mereka yang berminat dan disiplin serta mapu mematuhi AD dan ART .
3. pembinaan generasi muda
yang termasuk dalam pembinaan generasi muda , untuk lembaganya dapat meliputi :
a. pramuka dengan organisasinya.
b. OSIS : organisasi intra kampus.
Organisasi ini berkaitan dengan tugas demi lancarnya suatu sekolah /pendidikan formal jenjang menengah.
Adanya organisasi pemuda luar, misalnya KNPI,HMI, PMKRI dll.
c. adanya BAKOPAR : badan kordinasi pembinaan remaja.
Usah BAKOPAR ini untuk membina remaja yang terkena narkotika dan kenakalan remaja, serta lainya yang sejenis.
4. pendidikan in formal
pendidikan informal ini terutam berlangsung ditengah keluarga , namun mungkin juga berlaku dilingkungan sekitar keluarga tertentu, perusahaan, pasar , terminal, dan lain – lain yang berlangsung setiap hari tanpa ada batas waktu.
Kegiatan pendidikan ini tanpa suatu organisasi yang ketat tanpa adanya program waktu , tak terbatas, dan tanpa adanya evaluasi ,adapun alasanya diatas pendidikan informal ini tetap memberikan pengaruh kuat terhadap pembentukan pribadi seseorang /peserta didik.
Pendidikan ini dapat berlangsung di luar sekolah, misalnya didalam keluarga atau masyarakat , tetapi juga dapat pada saat didalam suasana pendidikan formal /sekolah, misalnya pada waktu istirahat sekolah, waktu jalan dikantin, atau pada waktu saat pemebrian pelajaran tentang keadaan sikap guru mengajar , atau saat guru memberi tindakan tertentu kepada anak.
Pendidikan in formal ini mempunyai tujuan tertentu, khususnya untuk lingkungan keluarga /rumah tangga, lingkungan desa , lingkungan adapt (desa mawa cara, negara mawa tata : bahas jawa ).
C . TEORI – TEORI KEPEMIMPINAN LEMBAGA PENDIDIKAN
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan tentang kepemimpinan , maka sudah tentu akan berkembang pula teori – teori lainya yang dapat digunakan dalam menejemen diantaranya :
1. teori sifat
teori sifat membahas inti persoalan tentang sifat – sifat , ciri – ciri , atau perangai yang dimiliki pemimpin . penelitian tentang sifat - sifat seorang pemimpin telah dilakukan oleh berbagai pakar kepemimpinan terhadap orang – orang besar yang pernah dan sedang menjadi seorang pemimpin . diantara hasil penelitian mengemukakan bahwa sifat – sifat kepemimpinan itu dibawa sejak lahir , atau diwariskan oleh orang tua leluhurnya . kesimpulan ini melahirkan suatu anggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan dan bukan dibentuk .
beberapa pakar kepemimpinan berbeda pendapatnya mengenai sifat – sifat yang harus dipunyai pemimpin . Odway Tead merumuskan sepuluh sifat pemimpin yaitu : kuat jasmani dan rohani, memahami dengan pasti tujuan organisasi, antusias, bersahabat dan ramah tamah , memiliki integritas kepribadian, mengembangkan kecakapan tehnis, cakap mengambil, keputusan , cerdas , cakap mengajar, dan loyalitas.
Pakar lainya yaitu John D Milles mengemukakan empat sifat pemimpin . pertama mampu melihat organisasi sebagai satu kesatuanyang menyeluruh, kedua mampu mengambil keputusan ketiga mampu mendelegasikan wewenang keempat , mampu menananmkan kesetiaaan. Kaith Davis mengemukakan empat sifat pemimpin sebagai berikut 1. memiliki intelegensi lebih tinggi dari bawahan , 2. mempunyai kematangan dan wawasan sosial yang luas, 3. memiliki motivasi dan keinginan kuat untuk berprestasi, 4. memilik I sikap serta kemampuan untuk melakukan hubungan kemanusiaan. teori sifat mempunyai tiga kelemahan 1. tidak ada keseeuaian atau kesamaan pendapat antara pakar tentang rincian dan sifat – sifat kepemimpinan, 2. terlalu sulit untuk menetapkan sifat – sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin karena setiap orang yang jadi pemimpin memiliki keunukan masing – masing 3. situasi dan kodisi tertentu memerlukan kepemimpinan yang memiliki sifat dan ciri tertentu sesuai tuntutan situasi dan kondisi tertentu.
2. teori lingkungan
teori lingkungan berasumsi bahwa kemunculan pemimpin merupakan hasil dari waktu , tempat situasi , dan kondisi tertenru. Suatu peristiwa yang dianggap penting dan luar biasa akan menampilkan seorang untuk menjadi seorang pemimpin . situasi dan kodisi tertentu akan melahirkan permasalahan dan tantangan tertentu dan pada giliranya memerlukan pemimpin yang memiliki ciri – ciri yang cocok dengan situasi dan kodisi tersebut sehingga mampu memecahkan masalah atau mengatasi tantangan yang yang dihadapi. Seorang pemimpin berhasil pada lingkungan tertentu belum tentu berhasil pada lingkungan yang lain yang berbeda dengan lingkungan yang disebut pertama . dengan kata lain lingkungan tertentu akan memerlukan dan membentuk pemimpin – pemimpin tertentu pula.
3. teori perilaku
berdasarkan teori ini , ( Harsey Dan Blanchard, 1982) menjelaskan bahwa perilaku atau perbuatan seseorang cenderung mengarah kepada dua hal , yaitu konsiderasi dan struktur inisiasi. Konsiderasi adalah : ramah tamah, mendukung dan membela bawahan , mau berkonsultasi, mendengar bawahan , menerima usul bawahan, memikirkan kesejahteraan bawahandan memperlakukan bawahan sebagaiman ian memperlakukan dirinya sendiri. Sedangkan struktur inisiasi ialah perilaku pemimpin yang cenderung lebih mementingkan tujuan organisasi . ciri – ciri perilaku struktur inisiasi adalah memberikan kritik terhadap pelaksanaan tugas yang tidak tepat, menekankan pentingnya batas waktu pelaksanaan tugas kepada bawahan,senantiasa memberitahu yang dilakukan bawahan, selalu memberi petunujuk kepada bawahan tentang cara melaksanakan tugas, menetapkan standar tertentu tentang tugas pekerjaan meminta bawahan untuk selalu mengikuti satndar yang telah ditetapkan, dan selalu mengawasi optimasi kemampuan bawahan dalam melaksankan tugas.
4. teori humanistik
teori humanistik didasarkan atas anggapan dasar bahwa manusia secara alamiah adalah mahluk yang perlu dimotivasi . sedangkan organisasi perlu dibentuk dan diawasi. Berdasarkan pernyataan tersebut , kepemimpinan berfungsi untuk menyusun organisaisi sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kebebasan atau kelonggaran kepada bawahan untuk mengembangkan dorongan dalam setiap diri bawahan dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan organisasi.
Mc Gregor (1960) mengemukakan dua pendapat , yang kemudian dikenal dengan teori X dan teori Y . ia mengemukakan bahwa organisasi yang ditandai dengan pengambilan keputusan secara terpusat , susunan atasan dan bawahan terbentuk piramidal, dan pengawasankegiatan atau pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh pihak luar, didasarkan atas asumsi tentang sifat – sifat dan motifasi pihak luar. Teori X orang atau bawahan adalah pasif dan tidak memperhatikan kebutuhan dan tujuan organisasi , tidak tertarik untuk bertanggung jawab, dan lebih mementingkan kebutuhan individu masing – masing daripada segalanya. Kebanyakan dari mereka lebih suka untuk diarahkan . sejalan dengan pandangan ini timbul pula bahwa mereka dapat dimotivasi dengan uang , keuntungan , dan sangsi atau hukuman . namun, sesuai dengan tingkatan kebutuhan menurut maslow, penelitian yang dilakukan Mc Gregor menyimpulkan bahwa asumsi – asumsi teori X tentang sifat manusia , apabila digunakan secara umum sering tidak cocok , dan pendekatan menejerial yang dikembangkan dari teori ini gagal dalam memotivasi orang – orang dalam melakukan tugas dalam mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan teori Y beranggapan bahwa oranag – orang atau bawahan, secara alamiah tidak malas dan mereka dapat dipercaya. Mereka dapat mengarahkan diri dan bekerja secar kreatif apabila termotivasi dengan tepat. Orang –orang yang termotivasi secara baik dapat mencapai tujuan untuk memenuhi kebutuhan masing – masing , dan dalam waktu yang bersamaan dapat mencapai tujuan – tujuan organisasi.
5. Teori kontingensi
Teori kontingensi dikembangkan oleh Filder. Menurut teori ini terdapat tiga unsur yang dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan yaitu : 1. hubungan antar pemimpin dengan bawahan 2. bentuk tugas, dan 3. kewibawaan posisi pemimpin . pertama hubungan pemimpin dengan bawahan berkaitan dengan tingkat mutu hubungan yang terjadi antara pemimpin dengan bawahan, dan sikap bawahan terhadap kepribadian, watak , dan ketrampilan pemimpin. Kedua berhubungan dengan situasi kerja yang menggambarkan tugas – tugas yang disusun dalam pola – pola tertentu. Ketiga , menyangkut kewibawaan yang ditampilkan pemimpin terhadap bawahan .
D. TYPOLOGI KEPEMIMPINAN
Isu penting kepemimpinaan pendidikan adalah berkisar pada tipe dan gaya kepemimpinan yang mana yang paling efektif dan efesien dalam mencapai tujuan lembaga . karena menurut Max Weber dikenal adanya tipe – tipe kepemimpinan yang didasari tradisi turun temurun , charisma atau wibawa disebabkan karakteristik pribadi yang istimewa dan aturan main yang istimewa dan atau aturan main yang rasional, atau campuran antara ketiga tersebut . seoran pemimpin antara yang satu dengan yang lain berbeda baik pengalalaman , pendidikan , kondisi lingkungan, pribadi dan lain sebagainya. Karena itu situasi dalam menetapkan dan menentukan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi terutama dalam konteks pengambilan keputusan adalah menjadi penting melihat situasi dan kondisi dimana kepemimpinan itu berlangsung.
Sebagai titik tolak dalam pembahasan tipologi kepemimpinan yang secara luas dikenal dewasa ini, kiranya relevan untuk menekankan bahwa salah satui tesis utama buku ini ialah bahjwa gaya kepemimpinan sesorang tidak bersifat “fixed” . artinya , seseorang yang menduduki jabatan mempunyai kapasitas untuk “ membaca “ situasi yang dihadapinya secara tepat dan menyesuaikan gaya kepemimpinanya agar sesuai dengan tuntutan situasi yang dihadapinya, meskipun penyesuaian itu mungkin hanya bersifat sementara.
Karena penyesuaian - penyesuaian tertentu merupakan kenyataan kehidupan menejerial seseorang yang menduduiki jabatan pimpinan. Logis apabila dikenali terlebih dahulu tipe – tipe pimpinan yang dikenal dewasa ini . logis karena penyesuaian yang perlu dilakukan menyangkut perubahan satu tip eke tipe yang lain . suatu perubahan yang mungkin hanya selama berlangsungnya situasi tertentu menyusun penyesuaian tersebut.
Meskipun belum terdapat kesepakatan bulat tentang tipologi kepemimpinan yang secara luas dikenal dewasa ini , lima tipe kepemimpinan yang diakui keberadanya ialah :
1. tipe yang otokratik
2.tipe yang paternalistik
3..tipe yang kharismatik
4.tipe yang laissez faire, dan
5.tipe yang demokratik
Masing –masing tipe pimpinan tersebut sudah barang tentu memiliki karakteristik tertentu yang membedakan satu tipe dari tipe yang lain. Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis tipe – tipe tersebut. Cara yang digunakan dalam karya tulis ini untuk menganalisis berbagai karakter yang dimiliki tipe – tipe ialah dengan melakukan kategorisasi dari karakter itu berdasrkan :
6. persepsi seorang pemimpin tentang peranannya selaku pemimpin.
7. nilai – nilai yang dianut ,
8. sikap dalam mengemudikan jalanya organisasi,
9. perilaku dalam memimpin, dan
10. gaya kepemimpinan yang dominan.
Dengan menggunakan pendekatan demikian diharapkan akan terlihat dengan jelas bahwa tipe demokratik-lah yang memiliki karakteristik yang positif lebih banyak dari tipe – tipe yang lain , meskipun tipe yang demokratik pun tidak bebas sdari kelemahan – kelemahan tertentu.
Untuk memudahkan usaha untuk medalami tipologi kepemimpinan yang menjadi focus analisis pada bab ini penjelasan singkat tenteng kelima kategori yang dikemukakan diatas kiranya diperlukan.
Pertama tentang persepsi , adalah suatu proses penataan dan penerjemahan kesen – kesan seseorang tentang lingkungan dimana ia berada . dinyatakan dengan sederhana persepsi merupakan cara pandang seseorang terhadap lingkunganya.
Kedua tentang nilai – nilai yang dianut . ialah keyakinan dasar yang terdapat dalam diri seseoarang tentang hal – hal yang sangat mempengaruhi cara bertindak dan perilaku orang yang bersangkutan, nilai berberkaitan dengabn pandangan sesorang tentang yang baik dan yang buruk , yang benar dan yang salah. . nampaknya nilai – nilai yang dianut seseorang telah diletakan dasar- dasar nya pada masa kanak – kanak dan nilai – nilai tersebut terus melekat dalam dirinya sepanjang hidup orang yang bersangkutan. Nuilai – nilai ityu sangat beragan dan sifatnya . ada niali yang disebut nilai teoritikal dalam mana pentingnya sseorang mencari kebenaran ilmiah, nilai ekonomi , estetika, social ,keagamaan dll.
Ketiga mengenai sikap . ialah suatu bentuk pernyataan evaluatif oleh seseorang yang yang dapat menyangkut suatu objek, seorang , atau suatu kelompok orang atau suatu peristiwa.bisa positif dan bias juga negative.
Keempat perilaku yaitu cara seseorang berinteraksi dengan orang lain dalam hal ini dalam kehidupan organisasional nya .
1. Tipe Otokratik
`dilihat dari segi persepsinya , seorang pemimpin yang otokratik adalah seseoarng yang sangat egois . egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikan fanta kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterprestasikanya sebagai suatu kenyatan. Misalnya dalam menginterpretasikan disiplin para bawahan dalam organisasi. Seorang pemimpin yang otokratik akan menerjemahkan disiplin kerja yang tinggi yang ditujukan oleh para bawahanya sebagai perwujudan kesetiaan para bawahan kepadanya, padahal sesungguhnya disiplin kerja itu didasarkan pada ketakutan, bukan kesetiaan. Egonya yang sangat besar menumbuhkan dab mengembangkan persepsinya bahwa tujuan organisasi identik dengan dengan tujuan pribadinya dan oleh karenanya organisasi diperlakukanya sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi tersebut.
Dengan egoisme yang besar demikian , seorang pemimpin yang otokratik melihat peranya sebagai sumber segala sesuatu dalam organisasional seperti kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan organisasi dalam organisasi , ketergantuingan total para anggota organisasi mengenai nasib masing – masing dan lain sebagainya.
Berangkat dari persepsi demikian , seorang pemimpin yang otokratik cenderung menganut nilai organisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuanya. Sesuatu tindakan akan dinilainya benar apabila tindakan itu mempermudah tercapainya tujuan dan tindakan yang menjadi penghalang akan dipandangnya sebagai sesuatu yang tidak baik dan dengan demikian akan disingkirkanya , apabila perlu dengan tindakan kekerasan.
Berdasarkan nilai – nilai demikian , seorang pemimpin yang otoriter akan menunjukan berbagai sikap yang menonjolkan keakuanya antara lain dalam bentuk :
A . kecenderungan melakukan para bawahan sama dengan alat – alat lain dalam organisasi , seperti mesin , dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
b. pengutamaan orientasi terhadap penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahan.
c. pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan dengan cara memberitahukan kepada para bawahan tersebut bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahan itu diharapkan dan bahkan dituntut .
sikap memimpin demikian akan menampakan diri pula pada perilaku para pemimpin yang bersangkutan dalam interaksi dengan pihak lain, terutama dengan para bawahanya dalam organisasi. Sepeti disinggung dimuka , karena baginya tujuan organisasi identik dengan tujuan kepribadianya , maka prilakunya akan sedemikian rupa sehingga orang lain akan memperoleh kesan kesan bahwa pemimpin tersebut memandang organisasi sebagai milik pribadi pula yang dapat diperlakukanya dengan sekehendak hatiya. Dengan demikian ia tidak mau menerima saran dan pandangan dari para bawahanya. Apalagi kritik yang akan serta merta diartikanya sebagai usaha merongrong kekuasaan yang dimilikinya . perlaku yang menonjolkan kekuasan formal menjadi salahsatu karakteristik utama dari seorang pemimpin yang otokratik.
Dengan persepsi, nilai – nilai, sikap, dan prilaku demikian seorang pemimpin yang otokratik dalam praktek akan menggunakan gaya kepemimpinan yang :
1. menuntut ketatan penuh terhadap para bawahanya.
2. dalam menegakan disiplin menunjukan kekakuan.
3. bernadfa keras dalam pemberian perintah atau in truksi.
4. menggunakan pendekatan puinitip dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahanya.
TIPE PATERNALISTIK
Tipe kepemimpinan yang paternalistic banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional , umumnya dimasyarakat yang agraris . popularitas pemimpin yang paternalistic ditentukan oleh beberapa factor :
a. kuatnya ikatan primordial
b. “ exented family system”
c. Kehidupan masyarakat yang paternalistic
d. Peranan adapt istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan masyarakat.
e. Masih dimungkinkanya hubungan pribadi yang intim antara seorang anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainya.
Salah satu cirri utama dari masyarakat tradisional demikian ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.oarang tua atau yang dituakan dihormati terutama karena orang – orang demikian biasanya memproyeksikan sifat – sifat dan gaya hidup yang pantas dijadikan teladan atau panutan oleh para anggota masyarakat lainya .seperti anak – anak dalam satu rumah tangga dan para anggota masyarakat dalam satu lingkungan tertentu . biasanya orang – orang yang dituakan terdiri dari tokoh – tokoh adat , para ulama dan guru.
Persepai seorang pemimpin yang paternalistic tentang peranannya dalam kehidupan organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para pengikutnya kepadanaya. Harapan itu pada umumnya berwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk.
Para bawahan biasanya mengharapkan seorang pemimpin yang paternalistic mempunyai sifat tidak mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan bawahanya. Akan tetapi sebaliknya , pemimpin yang paternalistic mengharapkan bahwa kehadiran dan keberadaanya dalam organisasi tidak lagi dipertanyakan oleh orang lain. Legitimasi kepemimpinanya dipandang sebagai hal yang wajar dan normal, dengan implikasi organisasionalnya seperti kewenangan memerintah dan mengambil keputusan tanpa harus berkonsultasi dengan bawahanya .singkatnya legitimasi kepemimpinanya berarti penerimaan atas perananya yang dominan dalam kehidupan organisasional.
Dinilai dari segi nilai – nilai organisasional yang dianut , biasanya seorang pemimpin yang paternalistic mengutamakan kebersamaan . nilai – nilai demikian biasanya terungkap dalam kata – kata seperti “ seluruh anggota organisasi adalah anggota besar “ dan pertanyaan lain yang sejenis . berdasarkan nilai kebersamaan itu. Dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang paternalistic kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol pula . artinya pemimpin yang sangkutan berusaha untuk memperlakukan semua orang dan semua satuan kerja yang terdapat didlam organisasi seadil dan serata mungkin. Dalam orgasasi demikian tidak terdapat penonjolan orang atau kelompok tertentu. , kecuali sang pemimpin dengan dominasi keberadaanya yang telah disinggung dimuka.
Dianalisis lebih lanjut, nilai – nilai demikian mengejawantahkan dalam sikap seorang pemimpin dalam hubunganya dengan para angota organisasi yang menjadi bawahanya . sikap kebapakan memang menyebabkan hubungan bawahan dengan atasan lebih bersifat informal. Ketimbang hubungan formal yang biuasanya terdapat antara seorang pemimpin yang otokratik dengan para bawahanya. Hanya saja hubungan yang bersifat informal tersebut dilandasi oleh pandangan bahwa para bawahan itu belum mencapai tingkat kedewasaan sedemikian rupa sehingga mereka dapat dibiarkan bertindak sendiri. Tegasnya , ada pandangan yang mengatakan bahwa dimata seorang pemimpin yang paternalistic para bawahan belum dewasa dalam cara bertindak dan berfikir sehingga memerlukan bimbingan dan tuntutan terus menerus.
Bukan itu saja, tidak jarang terjadi bahwa sebagai akibat dari adanya pandangan bahwa para bawahan itu belum dewasa , seorang pemimpin yang pateralistik dapat berskap terlalu melindungi para bawahan yang pada giliranya dapat berakibat bahwa para bawahan itu takut bertindak karena takut berbuat kesalahan.
Sikap demikian mau tidak mau tercermin dalam perilaku pemimpin yang bersnagkutan .yang dimaksud ialah , antara lain , tindak tanduk yang menggambarkan bahwa hanya pemimpin yang bersangkutanlah yang mengetahui segala sesuatu mengenai seluk beluk kehidupan. Karena tindak tanduk demikian tidakmustahil bahwa dlam organisasi yang dipimpin oleh seorang pimpinan yang paternalistic , terjadi pemusatan pengambilan keputusan dalam diri pimpinan yang berangkutan sedangkan para bawahanya tinggal melaksanakanya saja, pimpinanlah tempat bertanya karena dia menganggap bahwa dia mempunyai jawaban terhadap semua permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
Konsekuuensi dari perilaku demikian adalah bahwa para bawahan tidak dimanfaatkan sebagai sumber informan, ide, dan saran . berarti para bawahan tidak disorong untuk berfikir secara kreatif.
TIPE KARISMATIK
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literature yang ada tentang criteria kepemimpinan yang kharismatik itu. Memang ada kharakteristiknya yang has yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang – kadang sangat besar.tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara kongrit mengapa orang tersebut itu dikagumi .
TIPE LAISSEZ FAIRE
Dapat dikatakan bahwa persepsi seorang pemimpin yang laissez faire tentang perananya sebagai seorang pemipin berkisar pada pandanganya bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang –orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjdi tujuan organisasi , sasran apa yang ingin dicapai , tugas apa yang harus ditunaikann oleh maing – masing anggota dan seorang pimpina n tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.singkatnya, seorang pimpinan yang laisez faire melihat peranya sebagai “ polisi lalu lintas “ dengan anggapan bahwa para anggota oerganisasi sudah mengetahui dan cukuop dewasa untuk taat pada pimpinan yang berlaku , seorang pemimpn ynag lasez faire cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan digerakan.
Nilai – nilai yang dianut oleh seorang pemimpin tipe laissez faere dalam menyelenggarakan kepemiumpinanya biasanya bertolak filsafat hidup bahwa manusia pada dasarnya memiliki rasa solidaritas dalam kehidupan bersama, mempunyai kesetiaan kepada sesame dan organisasi , taat kepada norma –norma dan peraturan yang telah disepakati bersama , mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap tugas yang harus diembanya . dengan sikap organisasional demikian tidak ada lasan kuat untuk memperlakukan bawahan sebagai orang – orang yang belum dewasa , tidak bertanggung jawab tidak setia dan sebagainya.
Bertitik tolak dari nilai –nilai organisasional demikian maka biasanya seorang pemimpin yang lasses faire dalam memimpin organisasi dan para bawahanya biasanya adalah sikap yang permisif , dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan bisikan hatinuraninya asal saja kepentingan tetap terjaga dan tujuan organisasi tetap tercapai. Prakarsanya dalam menyusun tugas para bawahanya dapat dikatakan minimum . kepentingan dan keburtuhan para bawahan itu mendapat perhatian besar karena dengan terpeliharanya kepentingan dan terpuaskanya berbagai kebutuhan para bawahan itu , mereka akan dengan sendirinya akan berperilaku positif dalam kehidupan organisasionalnya.
Dengan sikap yang permisif , perilaku seoramh pemimpin yang laissez faire cenderung mengarah kepada tindak – tanduk yang memeprlakukan bawahan sebagai teman sekerja , hanya saja kehadiranya sebagai seorang pemimpin diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi.
Dengan telah mencoba mengidentifikasiakn karakter utama seorang pemimpin yang laissez faire ditinjau dari kriteria persepsi , nilai, sikap, dan perilaku diatas , mudah menduga bahwa gaya kepemimpinan yang digunakanya adalah sedemikian rupa sehingga :
a. pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif,
b. pengambilan keputusan diserahkan kepada pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional , kecuali dalam hal –hal tertentu yang nyata – nyata menurut keterlibatanya secara langsung
c. status quo organiasional tidak terganggu,
d. penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang inofatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota organisai yang bersangkutan sendiri,
e. sepanjang dan selam a para anggota organisasi menunjukan prilaku dan prestasi kerja yang memadai , intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimum .
TIPE YANG DEMOKRATIK
Pertam ditinjau dari segi persepsinya tentang kehadiran atau keberadaanya dan perananya selaku pemimpin dalam kehidupan organisasional. Pimpinan demokratik biasanya memandang perananya selaku kordinator dan integrator dari barbagai unsure dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Karena itu pendekatanya dalam menjalankan fungsi – fungsi kepemimpinan adalah pendekatan yang holistic dan integralistik . seorang pemimpin yang demokratik biasanya menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilaksanakn demi tercapainya tujuan dan berbagai macam sasran organisasi . akan tetapi dia mengetahui pula bahwa perbedaan tugas dan kegiatan , yang sering bersifat spesialistik itu, tidak boleh dibiarkan menimbulkan cara berfikir dan cara bertindak yang terkotak – kotak.
Seorang pemimpin yang demokratik menyadari benar – benar bahwa akan timbul kecenderungan dikalangan para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan dikalangan para anggota organisasi untuk melihat peranan satuan kerja dimana mereka berada sebagai peranan yang paling penting . paling strategic dan paling menentukan keberhasilan organisai mencapai berbagai sasaran organisasional. Samapai pada tingkat tertentu persepsi demikian akan dibiarkan bertumbuh , akan tetapi tidak berkembang sedemikian rupa sehingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat dalam organisasi . persaingan yang tidak sehat itu tidak akan dibiarkan ya berkemnbang karena ia mengetahui bahwa dengan persaingan yang tidak sehat dalam organisai pada giliranya akan menimbulkan pemborosan dari sumberdaya dan dana yang terbatas, dan dapat merusak suasana yang bagaimanapun harus dipertahankan dan ditumbuh suburkan dalam organisasi , singkatnya , seorang pemimpin yang demokratis melihat bahwa dalam perbedaan – perbedaan yang berupa kenyataan hidup , herus terjamin kebersamaan.
Tidak kecil peranan yang dimainkan oleh niali – nilai yang dianut oleh seorang pemimpin yang demokratik dalam peningkatan usahanya menjadi pemimpin yang efektif. Keseluruhan nili – nilai yang dianut berangkat dari falsafah hidup yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia . pemimpin yang demokratik memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi. Satu rumus yang nampaknya sangat sederhana, akan tetapi sesungguhnya merupakan sember dari persepsi , sikap m, perilaku dan gaya kepemimpinan seseorang . nilai demikian tidak dimiliki oleh pemimpin yang otokratik . juga tidak selalu dimiliki oleh tipe pemimpin yang paternalistic . tidak juga oleh pemimpin yang kharismatik . mungkin juga tipe yang lasses faire memilikinya hanya saja nilai – nilai tersebut selalu tidak dibnareng dengan nilai yang senada .
Nilai – nilai organisasional seperti yang telah dikemukakan diatas tercermin dalam sikap yang demokratik dalam hubunganya dengan para bawahanya , baik mereka yang menduduki jabatan pimpinan yang lebih rendah maupun mereka yang menjadi anggota biasa dalam organisasi. Yang tanggung jawabnya terbatas pada penyelengaraan tugas – tugas yang operasional misalnya dalam proses mengambil keputusan , sejauh mungkin para bawahan diajak berperan serta , ajakan itu tidak bersifat basa basi saja, melinkan didasarkan pada keyakinan yang mendalam bahwa keikutsertaan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan lebih menjamin bahwa para bawahan itu akan mempunyai rasa tanggung jawab yang lebih besar dalam pelaksanaan keputusan yang telah diambil, karena merasa dan mengetahui bahwa keputusanya itu adalah keputusanya juga . rasa tanggung jawab itu akan mengakibatkan sikap dan prilaku sedemikian rupa sehingga jadwal waktu terpenuhi , pemborosan dihindarkan , produktifitas ditingkatkan dan kepentingan bersama ditempatkan pada plateau yang lebih tinggi dari kepentingan kelompok dan kepentingan pribadi. Tanpa melupakan bahwa kepentingan kelompok dan kepentingan pribadi itu harus terjamin dan terpelihara dalam kerangka kepentingan organisasi sebagai keseluruhan .
Sudah barang tentu persepsi , nilai , sikap dan perilaku demikian semua bermuara pada kepemimpinan yang digunakan . gaya yang dimaksud harus dikembalikan pada pandangan seorang pemimpin yang “ people centered “ karena menempatkan unsure manusia dalam organisasi dalam manusia pada posisi yang paling sentral . gaya demikian biasanya mengejawantahkan dalam berbagai hal seperti :
a. pandangan bahwa betapapun besarnya sumberdaya dan daya yang tersedia bagi organisasi , kesemuanya itu pada dirinya tidak berarti apa – apa kecuali digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia dalam organisasi demi kepentingan pencapaian tujuan dan berbagi sasaran organisasi.
b. Dalam kehidupan organisasional , tidak perlu dan bahkan tidak boleh semua kegiatan dilakukan sendiri oleh pimpinan dan oleh karena itu selalu mengusahakan adanya pendelegasian wewenang yang praktis dan realistis tanpa kehilangan kendali organisasional.
c. Para bawahan dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan kepurtusan .
d. Usaha memperokleh pengakuan yang tulus dari para bawahan ats kepemimpinan orang yang bersamngkutan didasarkan pembuktian kemampuan memimpin organisasi dengan efektif , bukan sekedar karena pemilikan wewenang formal berdasarkan pengangkatnya.
Setelah membahas lima tipe tipe pemimpin yang secara luas dikebnal dewasa ini , usaha pendalaman tentang efektifitas kepemimpinan seseorang dilanjutkan dengan pembahasan tentang fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki.
FUNGSI – FUNGSI KEPEMIMPINAN

Lima fungsi – fungsi kepemimpinan yang dibahas secara singkat adalah sebagai berikut
1. Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapapian tujuan .
2. wakil dan juru bicara organisasi dalam hubunganya dengan pihak – pihak diluar organisasi.
3. pimpinan selaku komunikator yang aktif.
4. mediator yang andal , khususnya dalam hubungan kedalam , terutama dalam menangani konflik .
5. pemimpin selaku integrator yang aktif.
Kalaupun penulis membatasi diri pada pembahasan kelima fungsi – fungsi kepemimpinan tersebut diatas, tidak berarti bahwa tidak ada lagi fungsi – fungsi kepemimpinan yang lain.
PIMPINAN SEBAGAI PENENTU ARAH
Kenyataan yang selalu dihadapi oleh setiap organisasi ialah bahwa sarana dan prasarana yang tersedia atau mungkin tersedia bagi organisasi selalu terbatas sifatnya, sedangkan tujuan yang ingin dicapai , terutama yang bersifat jangka panjang , per definisi adalah sesuatu yang sifatnya tidak terbatas.
Pada giliranya situasi kelangkaan yang selalu dihadapi oleh organisasi menuntut agar seluruh komponen dan jajaran suatu organisasi bekerja sedemikian rupa sehingga dalam dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan tidak terjadi pemborosan karena bila terjadi , apalagi dalam sekala besar dan terus – menerus , jalanya roda oeganisasi tidak akan mulus. Satu hal yang sukaar dipertanggung jawabkan , baik secara administratif maupun secara moral, apalagi kalau pemborosan itu suatu hal yang disengaja.
Dengan perkataan lain ,arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuanya harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaatn dari segala sarana dan pra sarana yang tersediaitu. Arah yang dimaksud tertuang dalam strategi dan taktik yang disusun dan disajikan oleh organisasi yang bersangkutan. Perumus dan penentu strategi dan taktik tersebut adalah pimpinan dalam organisasi.
Tergantung pada jenjang hirarki jabatan pimpinan yang diduduki oleh seorng dalam suatu organisasi, keputusan yang diambil dalam organisasi dapat digolongkan sebagai
a. keputusan yang strategik
b. keputusan yang bersifat taktik
c. keputusan yang bersifat tekhnis
d. keputusan operasional.

PIMPINAN SEBAHAGI WAKIL DAN JURU BICARA ORGANISASI

Pimpinan puncak organisasilah yang menjadi wakil dan juru bicara resmi organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak diluar organisasi . sebgai wakil dan juru bicara resmi organisasi , fungsi pemimpin tidak terbatas pada pemeliharaan hubungan baik saja , tetapi harus membuahkan perolehan dukungan yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaranya.
Salah satu konsekuensi logis dari fungsi demikian ialah bahwa seorang pemimpin mutlak perlu mengetahui bukan saja merumuskan kebijaksanaan strategik , akan tetapi juga berbagai keputusan lain yang telah diambil oleh para pejabat pemimpinan yang lebih rendah. Bahkan lebih dari itu , dituntut pula pengetahuan yang memadai tentang berbagai kegiatan yang berlangsung dalam organisasi sebagai pelaksanaan dari berbagai keputusan yang telah diambil . pengetahuan demikian akan memungkinkanya memberikan penjelasan yang diperlukan sedemikian rupa sehingga berbagai sasaran yang telah disinggung dimuka tercapai .
Artinya , dengan demikian persepsi yang tepat dari berbagai pahak dapat ditumbuhkan , seluruh kebijaksanaan yang tepat dari berbagai pihak dapat ditumbuhkan , seluruh kebijaksanaan yang ditempuh serta latar belakangnya dapat dipahami , salah pengertian tercegah timbulnya atau bila sempat timbul dapat dihilangkan , dukungan yang diperlukan dapat diperoleh.
PIMPINAN SEBAGAI KOMUNIKATOR YANG EFEKTIF
Pemeliharaan hubungan baik keluar maupun kedalam dilakukan melalui proses komunikasi , baik secara lisan maupun secara tulisan . berbagai kategori keputusan yang telah diambil disampaikan kepada para pelaksana melalui jalur komunikasi yang terdapat dalam organisasi . bahkan sesungguhnya interaksi yang terjadi dengan atasan dengan bawahan , antara pejabat pimpinan dan antara sesama petugas pelaksana operasional dimungkinkan dimungkinkan terjadi dengan serasi berkat terjadimya komunikasi yang efktif. Demikian halnya dengan hubungan keluar.
Tidak dapat disangkal bahwa salah atu fungsi pemimpin yang bersifat hakiki adalah berkomunikasi secar efektif . demikian pentingnya komunikasi yang efektif itu dalam usaha peningkatan kemampuan memimpin seseorang sehingga dapat dikatakan bahwa penguasaan tehnik – tehnik komunikasi dengan baik merupakan conditio sine qua non bagi setiap pejabat pemimpin.
Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa timbulnya perselisihan , perbedaan paham dan bahkan konflik , terutama disebabkan tidak adanya komunikasi yang efktif antara pihak – pihak yang saling berhubungan , apakah itu melalui tulisan , komunikasi yang dilakukan secara lisan , dengar mendengarkan atau dengan cara – cara lain . padahal sebagian besar waktu terbangun seseorang - sekitar 70 persen digunakan untuk berkomunikasi.
PIMPINAN SEBAGAI MEDIATOR
Dalam kehidupan organisasional , selalu saja ada situasi konflik yang harus diatasi , baik dalam hubungan keluar maupun dalam hubungan kedalam organisasi . pembahasan tentang fungsi pimpinan sebagai mediator difokuskan pada penyelesaian situasi konflik yang mungkin timbul dalam satu organisasi , tanpa mengurangi pentingnya situasi konflik yang mungkin timbul dalam satu organisasi , tanpa mengurangi pentingnya situasi konflik yang mungkin timbul dalam hubungan keluar dihadapi dan diatasi.
Dalam satu organisasi dapat timbul situasi konflik dan faktor – faktor penyebabnyapun dapat beraneka ragam. Situasi konflik biasanya timbul karena tiga faktor utama, yaitu :
1. persepsi subjektif tentang kemungkinan timbulnya tantangan dari pihak lain dalam organisasi.
2. kelangkaan sumberdaya dan dana
3. adanya asumsi bahwa dalam organisasi terdapat berbagai kepentingan yang diperkirakan tidak dapat atu sulit diserasikan.
Mengenai subjektif sebagai salah satu sumber situasi konflik dapat dikatakan bahwa para anggota organisasi yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan tertentu akan cenderung memiliki persepsi bahwa kegiatan organisasional yang menjadi tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan merupakan kegiatan terpenting dalam rangka pencapaian organisasi sebagai keseluruhan. Persepsi demikian mungkin timbul karena kurang berhasilnya pimpinan organisasi melakukan pendekatan yang integralistik. Mungkin pula karena pendelegasian wewenang yang berlebihan sehingga menimbulkan otonomi operasional yang besar . atau mungkin karena lasan – alasan lain . apapun faktor – faktor penyebabnya , persepsi yang tidak tepat tentang peranan seseorang atau suatu kelompok tertentu dalam suatu organisasi akan , melahirkan tantangan dan bahkan penolakan oleh orang kelompok – kelompok kerja lain dalam organisasi.
Tantangan dan penolakan demikian lebih muda timbul apabila organisasi menghadapi kelangkaan sumber dana dan daya yang serius dan akut. Bahkan situasi konflik biasanya timbul bukan karena keterbatasan dana dan daya itu . akan tetapi juga karena terbatasnya jumlah jabatan pimpinan , perbedaan pristise yang melekat pada sesuatu jabatan tertentu , pemberian wewenang yang tidak didasarkan pada pola yang konsisten, dan hal – hal lain yang sejenis dapat pula menimbulkan konflik dalam organisasi . jika semakin banyak pihak berlomba memperoleh porsi dana dan daya yang lebih besar , dan jika semakin banyak orang yang berbuat menduduki jabatan pimpinan tertentu , dan jika predikat - prediakt tertentu membuahkan pristise yang besar dan jika wewenang yang dimiliki memungkinkan seseorang berkuasa atas orang lain dengan segala implikasinya , semakin beser pula timbulnya situasi konflik dalam organisasi . kesemuanya itu tantangan yang harus diatasi oleh pimpinan. Untuk mengatasi secara rasional , objektif , efektif dan tuntas, dituntut kemampuanya berperan sebagai mediator yang andal. Atas dasar itulah dikatakan bahwa mediasi merupakan salah satu fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki .
PERANAN SELAKU INTEGRATOR
Merupakan kenyataan dalam kehidupan organisasional bahwa timbulnya kecenderungan berpikir dan bertindak terkotak – kotak dikalangan para anggota organisasi dapat diakibatkan oleh sikap yang positif , tetapi mungkin pula karena sifat yang negatif. Dikatakan dapat bersifat positif karena adanya tekad dan kemauan keras dikalangan para anggota organisasi yang tergabung dalam satu kelompok tertentu untuk berbuat seoptimal mungkin bagi organisasi. Akan tetapi sikap demikian dapat mempunyai dampak negatif bagi kehidupan organisasional apabila dalam usaha berbuat sebaik mungkin bagi organisasi, para angota organisasi yang bersangkutan lupa bahwa keberhasilan satu kelompok yang bekerja sendirian belum menjamin organisasi sebagi keseluruhan.
Sikap mementingkan kelompok dan satuan kerja sendiri mudah timbul apalagi kalau dalam organisasi pembagian tugas menuntut spesialisasi yang berlebihan , sistem alokasi dana dan daya yang tidak atau kurang rasional, dan kurangnya penekanan pada pendekatan kesisteman.
Hal – hal demikian biasanya berkaitan pada suasana persaingan dikalangan berbagai kelompok kerja yang ada yang diupayakan agar satuan kerja sendiri diperlakukan sebagai satuan kerja strategik . jika pimpinan organisasi membiarkan hal demikian bekembang , tidak mustahil bahwa para anggota satuan kerja yang bersangkutan akan berjuang supaya satuan kerja sendiri memperoleh alokasi dana, sarana, prasarana, dan tenaga yang lebih besar dibandingkan dengan satuan – satuan kerja yang lain. Mudah menduga bahwa upaya demikian akan membuahkan cara berpikir dan cara bertindak yang terkotak – kotak .
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu berupa suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang (subyek) itu sendiri. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengungkapkan data-data deskriptif tentang apa yang mereka lakukan, rasakan dan yang mereka alami terhadap rumusan masalah. Sebagai peneliti kualitatif, penelitian ini tidak untuk menguji hipotesis melainkan untuk memaparkan data dan mengolahnya secara deskriptif tentang rumusan masalah. Oleh karena itu, peneliti berusaha merekam aktifitas yang terjadi pada lokasi dan mengobservasi kondisi sekolah serta mengumpulkan data-data baik dari sumber langsung maupun tidak langsung.
Pendekatan ini memiliki ciri-ciri antara lain :
1. Desain penelitian bersifat lentur dan terbuka.
2. Data penelitian di ambil dari latar alami (natural setting).
3. Data yang dikumpulkan meliputi data deskriptif dan reflektif.
4. Lebih mementingkan proses dari pada hasil.
5. Sangat mementingkan makna (meaning).
6. Sampling dilakukan secara internal yang didasarkan pada subyek yang memiliki informasi yang paling representatif.
7. Analisis data dilakukan pada saat dan setelah pengumpulan data.
8. Kesimpulan dari penelitian kualitatif dikonfirmasikan dengan informan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang lebih menekankan pengungkapan fakta secara rinci yang mendalam terhadap sutu subyek penelitian atau kejadian tertentu. Tujuan penelitian studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, indifidu, kelompok, lembaga, atau masyarakat. Ciri-ciri penelitian studi kasus adalah peneletian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik oleh unit tertentu. Tergantung pada tujuannya ruang lingkup penelitian itu mungkin mencangkup keseluruhan siklus kehidupan atau hanya segmen-segmen tertentu saja, studi kasus demikian itu mungkin mengkonsentrasikan diri pada fator-faktor khusus tertentu atau dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor atau kejadian. Penelitian studi kasus terutama berguna untuk informasi latar belakang sebagai perencanaan penelitian yang lebih besar dalam ilmu-ilmu sosial.



B. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yakni pendekatan kualitatif, kehadiran peneliti di lapangan sangat penting dan sangat diperlukan secara optimal. Peneliti merupakan instrumen kunci dalam menangkap makna dan sekaligus sebagai alat pengumpul data.
Sebelum penelitian dilakukan peneliti mengadakan studi pendahuluan terhadap lokasi penelitian untuk melakukan pengenalan terhadap lingkungan di SMP Ar-Risalah Lirboyo Kota Kediri secara umum. Maksudnya di sini adalah peneliti ingin mengetahui para informan kunci dan mengajukan surat izin penelitian terhadap yang berwenang di di SMP Ar-Risalah Lirboyo Kota Kediri. pendahuluan dapat diperoleh informasi yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan waktu serta masalah-masalah yang terkait dengan penelitian.
Kehadiran peneliti sebagai instrumen penelitian berupaya melakukan pengamatan secara penuh terhadap subyek penelitian dan secara terbuka menyatakan peranannya, setelah data atau informasi yang diperlukan diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan data dengan cara memilih, memisah dan mengelompokkan secara sistematis untuk memudahkan pengecekan pada langkah berikutnya. Dalam penelitian ini kami menetapkan di SMP Ar-Risalah Lirboyo Kota Kediri sebagai obyek penelitian.


C. Lokasi Penelitian


D. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun sumber data utama dalam penelitian ini antara lain berasal dari kepala sekolah, Staf-Staf Sekolah, pengajar dan Pihak Yang terkait.
Data dalam penelitian ini adalah semua data dan informasi yang diperoleh dari informan yang dianggap penting mengetahui secara jelas dan rinci mengenai rumusan masalah dalam hal ini yaitu: tentang bagaimana Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Ar-Risalah Lirboyo Kota Kediri?
E. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dilapangan dalam rangka mendeskripsikan dan menjawab dari rumusan masalah yang sedang diteliti, adapun data diperoleh melalui tiga cara yaitu :
1. Wawancara
Yaitu percakapan yang bertujuan memperoleh data yang diperlukan baik antara dua orang atau lebih, dan peneliti sebagai pihak yang mengarahkan pembicaraan.
Sesuai dengan jenis rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yakni studi kasus, maka pedoman wawancara yang paling tepat digunakan adalah pedoman wawancara tidak terstruktur yakni wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini kreatifitas pewawancara sangat diperlukan. Hasil wawancara banyak bergantung pada pewawancara, dialah yang menjadi pengemudi jawaban informan. Maksud mengadakan wawancara seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985 : 266), dalam Moleong antara lain : mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motifasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.
Dalam proses wawancara peneliti menggunakan bantuan alat perekam suara (tape recorder) untuk menjamin agar proses selama wawancara dan hasilnya dapat tersimpan dengan baik, tanpa harus khawatir ada bagian yang terlewatkan penggunaan tape recorder sangat penting dalam proses wawancara karena kecepatan mencatat semua informasi oleh peneliti tidak sebanding dengan kecepatan informan berbicara.
Selain itu peneliti berusaha melakukan upaya untuk menciptakan hubungan saling mengenal sehingga subyek merasa tenang dan bersikap wajar tidak kalah pentingnya adalah bahwa untuk memperoleh data yang akurat dan lengkap, peneliti harus lebih mendengarkan dalam proses wawancara dengan seksama yaitu perhatian dan keingintahuan yang mendalam. Dalam proses wawancara peneliti berupaya agar subyek merasa senang dan bebas berbicara mengenai pandangan-pandangannya dan seorang pewawancara yang baik, mengkomunikasikan minat dan perhatian peneliti terhadap subyek dengan jalan memperhatikan, menganggukan kepala dan menggunakan ekspresi wajah yang tepat.
2. Observasi
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang gejala yang tampak pada obyek penelitian, tetapi peneliti berada di luar subyek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.
Jadi metode observasi peneliti dapat mengetahui secara langsung dan jelas terhadap apa yang ada di lapangan. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah di SMP Ar-Risalah, Peneliti memilih observasi pasif karena peneliti tidak ikut telibat secara langsung dalam kegiatan-kegiatan obyek.
3. Dokumentasi
Yaitu metode pengumpulan data dari sumber-sumber yang ada. Adapun data-data diperoleh melalui catatan transkrip, atau rekaman. Rekaman yaitu setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh individu atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatru peristiwa. Dokumen yaitu setiap penyatuan yang tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu seperti : surat-surat, foto, pengumuman, peraturan, dan lain-lain.

F. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya untuk mencari dan menata catatan hasil observasi dan wawancara serta data lainnya, untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti, dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Selanjutnya untuk meningkatkan persamaan analisis data perlu dilanjutkan dalam upaya mencari makna.
Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik deskriptif dengan membuat gambaran yang sistematis dan faktual dan analisisnya dilakukan melalui tiga jalur yaitu : (1) Reduksi data atau penyederhanaan (data reduction). (2) Paparan atau sajian data (data display) dan (3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclution verifyng).

G. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam rangka memperoleh kesimpulan yang tepat dan obyektif maka diperlukan kredibilitas data, kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam setting.
Untuk memenuhi keabsahan data tersebut maka peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan yaitu sebagai berikut :
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Dalam perpanjangan keikutsertaan peneliti akan mampu untuk memperoleh data-data relevan yang dibutuhkan dalam penelitian sehingga pada akhirnya data yang dihasilkan akan dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya.
b. Trianggulasi
Adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Dalam menggunakan tehnik ini memungkinkan peneliti untuk mengecek data yang diperoleh dari informan pada tahap awal untuk dikonfirmasikan dengan informan yang lain, pada langkah selanjutnya sehingga data hasil penelitian benar-benar merupakan data yang valid.
H. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan mencari permasalahan. Penelitian melalui bahan tertulis, menentukan rumusan masalah, konsultasi rumusan penelitian kepada pembimbing, menyusun usulan penelitian dan seminar usulan penelitian.
2. Tahap pekerjaan lapangan, meliputi kegiatan pengumpulan data atau informasi terkait dengan rumusan masalah dan pencatatan data.
3. Tahap analisis data, meliputi analisis data, penafsiran data, pengecekan keabsahan data dan memberikan makna.
4. Tahap penulisan laporan, meliputi kegiatan penyusunan laporan hasil penelitian, perbaikan hasil konsultasi, pengurusan kelengkapan, persaratan ujian, dan ujian skripsi.


BAB IV
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Paparan data

1. Proses Dan Latar Belakang Berdirinya SMP Ar-Risalah

Berawal pada tahun 1414 H tepatnya pada bulan Syawal atau bulan Februari 1995, keluarga Agus M. Ma’roef Zainuddin beserta Istrinya Ning Aina ‘Ainaul Mardliyah putri KH M. Anwar Manshur yang dikenal dengan panggilan Ning En, menerima seorang tamu yang bermaksud menitipkan putranya berusia 4 tahun untuk ta’alum di Pondok Pesantren Lirboyo.
Berangkat dari seorang santri tersebut ditindaklanjuti dengan pengumuman tentang berdirinya Pondok Pesantren Kanak-kanak Ar-Risalah dan penerimaan santri baru. Sejak itu perkembangan santri cukup pesat baik dari sekitar wilayah Kediri hingga luar Jawa. Pendidikan mula-mula adalah Al-Qur’an dan Diniyah dengan sistem sorogan dan menghafal. Mulai dari Qiroati dan Juz ‘Amma. Demikian pula pelajaran Diniyah dilaksanakan dengan menghafal serta praktek. Sejak saat ini pendidikan terhadap santri selalu mengacu pada kedisiplinan, sehingga santri anak-anak yang telah tertampung mengisi waktunya penuh dengan pendidikan.
Sejalan dengan perkembangan usia anak menuntut adanya pendidikan umum secara formal, maka diadakan pendirian Yayasan Pendidikan Ar-Risalah yang dikeluarkan ijin pada tahun 1995 dan didirikan pendidikan Sekolah Dasar (SD Umum) tahun pelajaran 1996 – 1997 M. Pendirian SD umum ini mempertimbangkan perlunya kapasitias pendidikan umum yang cukup sejalan dengan pendidikan Diniyah di Pondok Pesantren. Namun demikian acuan utama pendidikan santri tetap difokuskan pada pendidikan Al-Qur’an, Diniyah selanjutnya Umum.
Tahun pelajaran 1997 – 1998 mulai diadakan pembenahan pengelolaan pendidikan dengan pemilahan alokasi dan lembaga pengelola. Saat itu jumlah santri mencapai 89 anak.
Pendidikan Al-Qur’an dikelola MQA (Madrasatul Qur’an Ar-Risalah) dengan waktu pelaksanaan Pagi dan siang hari (setelah sekolah umum) meliputi pendidikan tingkat Qiroati dan Juz ‘Amma, pendidikan Diniyah dikelola Madrasah Diniyah Ar-Risalah dengan pelakanaan pada sore hari mulai tingkat Ibtidaiyah kelas satu sampai empat dan Sekolah Dasar dikelola di bawah naungan Yayasan Pendidikan Ar-Risalah dilaksaakan pada waktu pagi setelah pendidikan Al-Qur’an mulai kelas TK hingga kelas empat. Sedangkan untuk meningkatkan bakat dan prestasi santri diadakan kegiatan ekstrakurikuler berupa Seni sholawat, khitobah, Tartilil dan Tilawatil Qur’an serta kursus Bahasa Arab dan Inggris.
Pesatnya perkembangan santri dan kebutuhan sarana pendidikan, saat itu masih terjadi fungsi ganda pada lokal kelas. Yaitu sebagai sarana pendidikan dan kamar tidur.
Pada tahun 2000 pembangunan sarana mulai memenuhi target untuk diadakan pemilahan antara kamar santri dan lokal kelas.
Tahun 2000 – 2001 saat pertama kali mengikuti ujian Ebtanas untuk tingkat SD, didirikan lembaga baru tingkat SLTP yaitu SMP Ar-Risalah.
Untuk menjaga keseimbangan perkembangan santri dan kewalitas pendidikan, pada tahun pelajaran baru 2001 – 2002 mulai diadakan seleksi dalam pendaftaran santri baru meliputi kemampuan berfikir, psiko tes serta kesehatan.
Disamping upaya menjaga kwalitas pendidikan, Ar-Risalah ingin menumbuhkan kembali citra Pesantren di tengah masyarakat, bahwa Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mulia dan berharga. Lembaga pendidikan berpotensi untuk mencetak kader anak bangsa yang siap bersaing di tengah-tengah masyarakat modern.
Ar-Risalah akan menepis image/anggapan masyarakat bahwa pesantren sebagai tempat penyembuhan anak bermasalah, tempat pendidikan bagi anak lemah berfikir, dengan menunjukkan kwalitas maka pesantren merupakan lembaga pendidikan anak-anak mampu berfikir cerdas dan maju, serta bukan lembaga yang hanya merupakan tempat tujuan akhir. Seiring dengan perputaran waktu dan perkembangan zaman maka Ar-Risalah mengadakan perombakan dan perobahan nama menjadi “Pondok Pesantren Salafiy Terpadu Ar-Risalah” sesuai dengan pendidikan yang dikelolanya yaitu memadukan antara Pendidikan Al-Qur’an, Diniyyah, dan Pendidikan Umum
Baru pada tahun 2003 PP Ar-Risalah mengelola lembaga pendidikan kelas 1 SD hingga kelas 3 SLTP dan dibuka tingkat SMU pada tahun 2003 – 2004, Pada saat itulah SMP Ar-Risalah mulai berdiri.
Kultur pesantren yang melatar belakangi proses berdirinya SMP Ar-Risalah dan SMP Ar-Risalah masih dalam naungan pesantren Ar-Risalah sehingga proses pendidikan banyak dipengaruhi kondisi pesantren saat itu. Dan siswa-siswanya mendapat pengajaran penuh dari pesantren.
1. Pendidikan Umum
Pendidikan Umum di bawah koordinasi DEPPENUM tingkat SMP (dimulai pada tahun pelajaran 2003 – 2004 M). Pendidikan umum yang dilaksanakan menggunakan standar kurikulum nasional dibawah Dinas Pendidikan. Namun ada beberapa tambahan materi diantaranya Bahasa Arab dan Bahasa Inggris yang dimasukkan pada kurikulum SMP kelas I Sampai kelas III, pendidikan Bahasa Mandarin dan Bahasa Jepang serta Computer juga dimasukkan pada kurikulum jenjang kelas I SMP sampai dengan kelas III .SMP Ar-Risalah telah terakreditasi A.
Existensi SMP Ar-Risalah dalam naungan pesantren yang membuat SMP Ar-Risalah mempunyai nilai lebih, ya,ni memiliki pengetahuan umum dan pendidikan keagamaan dan proses pengajaran yang berada dalam kelas dan diluar kelas (pesantren).
Disamping itu dalam pendidikan ini dilakukan suatu pemaduan hasanah ilmu yang ada pada pendidikan diniyah sehingga memiliki perluasan-perluasan agamis, demikian pula pada materi pendidikan diniyah akan memiliki pengembangan pengetahuan sosial maupun eksakta. Dari ini diharapkan mampu menciptakan anak didik yang mampu mengembangkan jati diri yang dimilikinya ke dalam globalisasi masyarakat yang majemuk dan selalu memegang teguh tatanan kemanusiaan secara utuh sesuai dengan fisi dan misi Pondok Pesantren Salafiy Terpadu Ar-Risalah yaitu “Membentuk Pribadi Yang Luhur”.
2. Extrakurikuler
Extrakurikuler ditangani oleh DEPPEN A dan K yang di dalamnya meliputi kegiatan extra santri secara klasikal serta organisasi santri. Wadah ini mengarahkan serta mengembangkan bakat dan minat santri.
Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di SMP meliputi :
 Tilawatil Qur’an
 Tartilil Qur’an
 Khithobah
 Bimbingan Barjanji
 Pendidikan Tahlil
 Bimbingan bacaan Manaqib Syekh Abdul Qodir Al-Jiilani
 Kursus Bahasa Inggris
 Kursus Bahasa Arab
 Kursus Bahasa Mandarin
 Sholawat Rebana/Nasyid
 Drum Band
Pendidikan kepemimpinan santri dihimpun dalam satu organisasi yang menangani kegiatan :
 Jam’iyyah
 Bahtsul Masail
 Musyawarah Fiqh dan Nahwu
 Perpustakaan
 Koperasi
 Kesehatan dan PMR
 Olah Raga dan Kebersihan
 Majalah dinding
 Diskusi dan seminar
 Diklat Jurnalistik, Managemen dan Administrasi
Sehingga siswa SMP juga sebagai santri pondok pesantren Ar-Risalah, yang nantinya akan memiliki pengetahuan, skill dan moral yang memadai, teori dan praksis yang berkesinambungan, dan juga dengan landasan keagamaan serta daya pikir yang luas.
STRUKTUR ORGANISASI
SMP AR-RISALAH KOTA KEDIRI






























3. PROFIL SEKOLAH
a. Nama Sekolah : SMP Ar-Risalah
Status : Swasta Terakreditasi A
Alamat Sekolah : Jl. Aula Al-Muktamar Rt.02/01
Desa/Kelurahan : Lirboyo
Kecamatan : Mojoroto
Kab./Kota : Kediri
Provinsi : Jawa Timur
Kode Pos : 64100
Telepon : (0354) 77216
b. Motto
“ Bersih Lingkungan, Beramal Sholih, Berakhlak Mulia, Shidiq, dan Amanah”
c. Visi dan Misi
• Visi;
Indikator
a. Unggul dalam penguasaan ilmu umum dan ilmu agama
b. Unggul dalam perolehan nilai UNAS
c. Unggul dalam penguasaan bahasa asing (Arab dan Inggris)
d. Unggul dalam kualitas, kedisiplinan, kepribadian, dan akhlak mulia.
i. Misi
1. Menigkatkan mutu layanan pendidikan yang maksimal kepada peserta didik serta melaksanakan jam wajib belajar dan bimbingan belajar secara intensif
2. Mengembangkan aktifitas dan pendalaman ilmu keagamaan di lingkungan sekolah dan di luar sekolah.
3. Meningkatkan pembinaan berbahasa asing yang terdiri dari bahasa Arab dan bahasa Inggris.
4. Meningkatkan kualitas kedisiplinan, kepribadian, dan akhlaqul karimah yang mencerminkan pembangunan moral bangsa yang Islami.
5. Memantapkan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan minat dan bakat siswa dalam membentuk anak yang terampil dan mandiri.



4. STRUKTUR KEPENGURUSAN
Pelindung : Yayasan Pendidikan Ar-Risalah
: Pengasuh PPST Ar-Risalah
Kepala Sekolah : Hasan Bisyri S.Pd.I
WK. Kurikulum : Didi Imron Rosyadi
WK. Kesiswaan : Abdul Hadi
WK. Sarpras : Solakoddin Wirongi
WK. Humasy : M. Wazid Khusni S.H.
Tata Usaha : Rusli Haudi
: Avit Abidin
: M. Nurul Fachri
Bendahara : Abdul Hamid
GURU SMP AR-RISALAH

NNo
Nama
TTL Plulus
Jurusan
Lembaga Mengajar mata Pelajaran
1 Hasan Bisyri, S.Pd.I Banjar
Negara,
14-09-71 SI PAI IAIT
2 Didi imron Rosyadi Cirebon, 05-11-82
3 M.Nurul Fachri Jakarta,
20-06-86
4 Rusli
Haudli Jakarta,
26-03-90
5 Avit Abidin Ngawi,
16-04-86
6 Faida Achma Anshor Kediri,
17-01-80 S1 Fisika UN
Malang Fisika
7 Rusmadi Kediri,
28-11-79 S1 Pendidikn Jasmani Kesehatan & Rekreasi IKIP Budi Utomo Malang Penjaskes
8 Lina Saptaria Kediri,
17-09-83 S1 Ekonomi UN
Malang Ekonomi
9 Risgiyano T. Agung, 23-12-76 S1 Teknik Universitas Brawijaya Matematika
10 Sola Kodin Wirongi Kediri,
05-05-80 S1 Teknik Komputer AMIK Jayabaya Komputer
11 Nurul Hidayati Kediri,
12-04-70 S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Kediri Bahasa Indonesia
12 Endro Sudarso Nganjuk, 01-11-77 S1 Pendidikan Ekonomi dan Akuntansi IKIP PGRI Kediri Ekonomi
13 Desy Indah Setyawati Kediri,
14-12-81 S1 Ilmu Administrasi Publik Universitas Brawijaya Sejarah
14 Dwi Nur Aini Kediri,
18-09-69 S1 Pendidikan Matematika IKIP PGRI Kediri Metematika
15 Maryatul Qibtiyah Kediri,
12-04-80 S1 Pendidkan Biologi Universitas Negeri Surabaya Biologi
16 Siti Fauziyah Banjrmasn, 7-05-80 S1 Ekonomi Universitas Brawijaya Akuntansi
17 Slamet Ridlo Cilacap,
10-09-68 S1 Sastra Jepang Certifitace Japanese-Language Proficiency Bahasa Jepang
18 Muh. Abdur Rosyid Grobogan, 6-06-72 S1 Tarbiyah Institut Agama Islam Tribakti Kediri PAI
19 Hadi Mulyono Malang,
1-06-69 S1 Pendidikan Dunia Usaha IKIP PGRI Kediri Geografi
20 Siti Nur A’ida Bojonegoro,19-02-80 S1 Bahasa Arab LPBA Surabaya Bahasa Arab
21 Sayyidah Karimah Pasuruan, 12-04-82 S1 Bahasa Arab LPBA Surabaya Bahasa Arab
22 M. Wazid Khusni Kediri,
8-04-79 S1 Hukum Universitas Jember PKN
23 Trilisa Sundarwati Malang,
29-04-79 S 1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Kediri Bahasa Indonesia
24 Isrofatul Hidayati Kediri,
28-06-83 S 1 Pendidikan Bahasa Inggris UNESA Surabaya Bahasa Inggris
25 Azzah Ulfiana Zamrud Kedriri,
03-04-81 S 1 Tekhnologi Hasil Pertanian Univ. Negeri Jember Fisika
26 Binti Mahmudah Kediri,
27-07-77 S 1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNESA Surabaya Bahasa Indonesia
27 Rina Rofiqotul Ilmiah Kediri,
27-02-83 Pendidikan Matematika IKIP PGRI Kediri Metematika
28 Abdul Hadi Bojonegoro,28-05-77 PAI
29 M. Manshur Jember,
05-02-74 S 1 Teknik Mesin UNIBRAW Malang Fisika
30 Erwin Hari Setiawan Kediri,
27-01-81 Pend. Bahasa Inggris UNISKA Kediri Bahasa Inggris
31 Ulul Mustaghfirin Kediri,
15-04-79 S 1 Pend. Bahasa Inggris Univ. Sebelas Maret Solo Bahasa Inggris

5. TUGAS WALI KELAS
a. Pengelola kelas
b. Penyelenggara administrasi kelas yang meliputi:
a. Denah Tempat duduk siswa
b. Papan absensi siswa
c. Daftar piket siswa
d. Jurnal kelas
e. Tata tertib siswa
c. Mengontrol grafik perkembangan siswa
d. Mengkoordinir dan mengecek daftar kimpulan nilaisiswa
e. Membuat catatan khusustentang keadaan siswa
f. Mengecek kelangkapan pengisian buku laporan penilaian hasil belajar siswa (Buku Raport)
g. Menandatangani laporan hasil belajar siswa bersama Kepala Sekolah
h. Mengkoordinir pembuatan silabus
i. Mengkoordinir musyawarah guru mata pelajaran dalam pengembangan dan peningkatan mutu KBM
j. Menyerahkan kumpulan nilai siswa ke bagian Tata Usaha
6. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB GURU SMP AR-RISALAH
a. Membuat SILABUS
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan menarik
c. Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar,ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir
d. Melaksanakan analisis hasil ulangan harian
e. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan (REMIDIAL)
f. Melaksanakan tugas tertentu dari pihak sekolah
g. Mengadakan bimbingan belajar terkait dengan mata pelajaran UNAS
h. Menyusun program penggunaan perpustakaan
i. Membuat grafik dan melaksanakan penilaian dan perkembangan siswa
j. Mempersiapkan materi pengajaran dengan baik dan maksimal
k. Menghadiri dan mengikuti setiap acara sidang sekolah
l. Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa (absensi) dan jurnal kelas
7. LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN SILABUS
a. Pembagian waktu yang jelas dan disesuaikan dengan kalender pendidikan
b. Standar Kompetensi
c. Kompetensi Dasar
d. Hasil Belajar
e. Indikator
f. Materi Pokok
g. Alokasi Waktu Program Pengajaran (AWPP)
Catatan:
i. Silabus dibawa tiap kali mengajar
ii. Silabus betul-betul menjadi pijakan dalam mengajar
iii. Silabus merupakan bentuk kesiapan guru dalam memberikan pengajaran
iv. Silabus tidak hanya pelengkap administrasi sekolah.
FUNGSI DAN TUGAS PENGELOLA SEKOLAH MENURUT JABATAN
1. KEPALA SEKOLAH
Kepala Sekolah Berfungsi dan bertugas sebagai edukator, manajer, administrator, dan suverfisor pemimpin atau leader inovator, motivator
A. KEPALA SEKOLAH SELAKU EDUKATOR
Kepala sekolah sebagai edukator bertugas melaksanakan proses belajar mengajar secara evektif dan evesien (lihat tugas guru )
B. KEPALA SEKOLAH SELAKU MANAJER mempunyai tugas :
1. Menyusun perencanaan ;
2. Mengoganisasikan kegiatan ;
3. Mengarahkan kegiatan ;
4. Mengkoordinasikan kegiatan ;
5. Melaksanakan pengawasan ;
6. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan ;
7. Menentukan kebijaksanaan ;
8. Mengadakan rapat ;
9. Mengambil keputusan ;
10. Mengatur proses belajar mengajar ;
11. Mengatur Administrasi : Ketatausahaan; siswa; ketenagaan; sarana prasarana; Keuangan /RAPBS
12. mengatur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
13. Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait

C. KEPALA SEKOLAH SELAKU ADMINISTRATOR
Bertugas menyelenggarakan administrasi :
1. Perencanaan; 12. Perpustakaan;
2. Pengorganisasian; 13. Laboratorium;
3. Pengarahan; 14. Ruang ketrampilan/kesenian;
4. Pengkoordinasian; 15. Bimbingan konseling;
5. Pengawasan; 16. UKS;
6. Kurikulum; 17. OSIS;
7. Kesiswaan; 18. Serbaguna;
8. Ketatausahaan; 19. Media;
9. Ketenagaan; 20. Gudang;
10. Kantor; 21. 7K;
11. Keuangan;
D.KEPALA SEKOLAH SELAKU SUPERVISOR BERTUGAS MENYELENGGARAKAN SUPERVISI MENGENAI :
1) Proses belajar mengajar;
2) Kegiatan bimbingan dan konseling;
3) Kegiatan ekstrakulikuler;
4) Kegiatan ketatausahaan;
5) Kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait;
6) Sarana dan prasarana;
7) Kegiatan OSIS;
8) Kegiatan 7K;
E. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI INOVATOR
1. Melakukan pembaharuan dibidang
a. KBM c. Ekstrakulikuler
b. BK d. Pengadaan
2. Melaksanakan pembinaan guru dan karyawan;
3. Melakukan pembaharuan dalam menggali sumber daya di komite sekolah dan masyarakat.
G. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MOTIVATOR
1. Mengatur ruang kantor yang konduktif untuk bekerja
2. Mengatur ruang kantor yang konduktif untuk KBM/BK
3. Mengatur ruang laboratorium yang konduktif untuk praktikum
4. Mengatur perpustakaan yang konduktif untuk belejar
5. Mengatur halaman/lingkungan sekolah yang sejuk dan teratur
6. Menciptakan hubungan kerja yang harmonis sesama guru dan karyawan
7. Menciptakan hubungan kerja yang harmonis antar sekolah dan lingkungan
8. Menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman. Dalam melakukan tugasnya, kepala sekolah dapat mendelegasikan kepada wakil kepala sekolah
2. WAKIL KEPALA SEKOLAH
Wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Menyusun perencanaan, membuat progam kegiatan dan pelaksanaan progam.
b. Pengorganisasian.
c. Pengarahan.
d. Ketenagaan.
e. Pengkoordinasikan.
f. Pengawasan.
g. Penilaian.
h. Identifikasi dan pengumpulan data.
i. Penyusunan laporan.
Wakil kepala sekolah, bertugas kepala sekolah dalam urusan-urusan sebagai berikut:
a. Kurikulum
1. Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan.
2. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
3. Mengatur penyusunan program pengajaran, program satuan pelajaran, dan persiapan mengajar, penjabaran dan penyesuaian kurikulim.
4. Mengatur pelaksanaan kegiatan kulikuler dan ekstrakulikuler
5. Mengatur pelaksanaan program penilaian kriteria kenaikan kelas, kriteria kelulusan, dan laporan kemajuan belajar siswa, serta pembagian rapor dan STTB.
6. Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran.
7. Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
8. Mengatur pengembangan MGMP dan koordinator mata pelajaran.
9. Mengatur mutasi siswa.
10. Melakukan supervise administrasi dan akademis.
11. Menyusun laporan.
b. Kesiswaan
1. Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2. Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan 7K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kerindangan).
3. Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi kepramukaan, palang merah remaja (PMR), kelompok ilmiah remaja (KIR), usaha kesehatan sekolah (UKS), patroli keamanan sekolah (PKS), Paskibra.
4. Mengatur program pesantren kilat.
5. Menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan sekolah.
6. Menyelenggarakan cerdas cerrmat, olah raga prestasi.
7. Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa.
c. Sarana Prasarana
1. Merencanakan kebutuhan sarana prasarana untuk menunjang proses belajar mengakjar.
2. Merencanakan program pengadaanya.
3. Mengatur pemanfaatan sarana dan prasarana.
4. Mengelola perawatan, perbaikan, dan pengisian.
5. Mengatur pembukuan.
6. Menyusun laporan.
d. Hubungan Dengan Masyarakat
1. Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite sekolah dan peran komite sekolah.
2. Menyelenggarakan bakti sosial, karyawisata.
3. Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di sekolah (gebyar pendidikan).
3. GURU
Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Tugas dan tanggung jawab seorang guru meliputi :
a. Membuat perangkat program pengajaran ;
• AMP
• Program Tahunan
• Program Satuan Pelajaran
• Program rencana pengajaran
• Program Mingguan guru
• LKS
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran.
c. Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan umum, ujian akhir.
d. Melaksanakan analisis hasil ulangan harian
e. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
f. Mengisi daftar nilai siswa
g. Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan) kepada guru lain dalam proses kegiatan belajar mengajar
h. Membuat alat pelajaran / alat peraga
i. Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni
j. Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum
k. Melaksanakan tugas tertentu di sekolah
l. Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya
m. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa
n. Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pengajaran
o. Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang prakytikum
p. Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya
4. WALI KELAS
Wali kelas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiataan sebagai berikut :
a. Pengelolaan kelas
b. Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi :
1. Denah tempat duduk siswa
2. Papan absensi siswa
3. Daftar pelajaran kelas
4. Daftar piket kelas
5. Buku absensi siswa
6. Buku kegiatan pembelajaran/ buku kelas
7. Tata tertib siswa
c. Penyusunan pembuatan statistik bulanan siswa
d. Pengisian daftar kumpulan nilai siswa (legger)
e. Pembuatan catatan khusus tentang siswa
f. Pencatatan mutasi siswa
g. Pengisian buku laporan penilaian hasil belajar
h. Pembagian buku laporan
LAYANAN TEKNIS DI BIDANG KEAMANAN (PENJAGA SEKOLAH /SATPAM)
1. Mengisi buku catatan kejadian.
2. Mengatar/memberi petunjuk tamu sekolah.
3. Mengamankan pelaksanaan upacara, PBM, EBTA/EBTANAS, Rapat.
4. Menjaga kebersihan pos jaga
5. Menjaga ketenangan dabm keamanan kampus sekolah siang dan malam.
6. Merawat peralatan jaga malam.
7. Melaporkan kejadian secepatnya, bila ada.
5. GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
Bimbingan dan konseling membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
b. Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh tentang kesulitan belajar.
c. Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar.
d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam, memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai.
e. Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling.
f. Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling.
g. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar.
h. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling.
i. Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
6. PUSTAKAWAN SEKOLAH
Pustakawan sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan berikut:
a. perencanaan pengadaan buku-buku/ bahan pustaka/ media elektronika;
b. pengurusan pelayanan perpustakaan;
c. perencanaan pengmbamngan perpustakaan;
d. pemeliharaan dan perbaikan buku-buku/ bahan pustaka/ media elektronika;
e. inventarisasi dan pengadministrasian buku-buku/ bahan pustaka/ media elektronika;
f. melakukan layanan bagi siswa,guru, dan tenaga kependidikan lainnya, serta masyarakat;
g. penyimpanan buku-buku perpustakaan/ media elektronika;
h. menyusun tata tertib perputakaan;
i. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perputakaan secara berkala;
7. LABORATORIUM
Pengelola laboratorium membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorium;
b. Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium;
c. Mengatur penyimpanan dan daftar ala-alat laboratorium
d. Memeliahara dan perbaikan alat-alat laboratorium
e. Inventarisasi dan pengadministrasian peminjam alat-alat laboratorium;
f. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium.

8. KEPALA TATA USAHA
Kepala tata usaha sekolah mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah; dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Penyusunan program kerja tata usaha sekolah;
b. Pengelolaan keuanagnsekolah
c. Pengurusa administrasi ketenagan dan siswa;
d. Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah;
e. Penyusun administrasi perlengakapan swekolah;
f. Menyusun dan menyajikan data/statistic sekolah;
g. Mengkoordinasikan dan melaksanakan 7K
h. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahan secara berkala.
9. TEKNISI MEDIA
Teknisi media membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Merencanakan pengadaan alat-alat media;
b. Menyusun jadwal dan tata terbib pengguna media
c. Menyusun program kegiatan teknis media:
d. Mengatur penyimpananan, pemeliharaan dan perbaiakan alat-alat media;
e. Inventarisasi dan pengadministrasian alat-alat media;
f. Menyusun laporan pemanfaatan alat-alat media.
LAYANAN TEKNIS DI BIDANG PETAMANAN/ KEBUN (TUKANG KEBUN)
1. Mengusulkan keperluan alat perkebuanan.
2. Merencanakan distribusi, jenis dan pemilahan tanaman.
3. Memotong rumput;
4. Menghiasi rumput liar;
5. Memelihara dan memangkas tanaman
6. Memupuk tanaman
7. Memberantas hama hama dan penyakit tanaman
8. Menjaga kebersiahan dan keindahan tanaman serta kerindangan;
9. Merawat tanaman dan infrastrukturnya (pagar, saluran air)
10. Merawatdan memperbaiki peralatan kebun.
11. Membuang sampah kebun dan lingkungan sekolah ke tempat sampah.
Jadwal Program Kerja Tahunan Smp Ar-Risalah
No Waktu kegiatan Semester I
7 8 9 10 1112 Semester II
1 2 3 4 5 6
I Umum
1. pembagian program kerja tahunan
2. fungsionalisasi ruang lengkap
3. fungsionalisasi
4. ruang lengkap
5. undangan sekertaris
6. peringatan PHBI




     
     
 




           

II Kurikulum
1. pembagian tugas mengajar
2. realisasi program pengajaran
3. pengambangan pelajaran
4. evaluasi –und hari tenang
Semester
Tengah smster
Ahir smster
5. kenaikan kelas
6. lap evaluasi


     
     



     



     
     



     

III Kesiswaan
1. PSB
2. penataran/orientasi
3. bimbingan&konseling
4. pembagian siswa
5. kegiatan extrakurikuler
 

     
     



     
     
IV Ketenagaan
1. peningkatan guru/karyawan
2. pembagian murid/siswa
3. pembagian tenaga guru
4. usaha kesejahteraan guru
5. pengisian DP3
6. pengisian angka kredit
7. laporan karyawan




     

     





     

     

V Sarana prasarana
1. inventarisasi
- sarana kelas
- alat Bantu/laboratorium
2. perpustakaan
3. pengadaan barang inventaris
4. pemeliharaan gedung
5. laporan inventaris






 








  


VI Keuangan
1. pembagian data gaji
2. pembagian uang DPP
3. mengontrol pengeluaran sumbangan
4. mengelola keuangan
5. pembuatan rapbs
6. pembuatan spj
7. pengecekan keuangan
     
     


     


     

     
     


     


     

VII Ketata usahaan
1. administrasi ketenagaan
2. administrasi siswa
3. buku Indonesia
- klaper
- mutasi
4. kenaikan berkali
5. usul kenaikan
6. laporan ketata usahaan
7. pengarsipan surat
     

     
     




     


     

     
     




     

VIII Hubungan masyarakat
1. hub dengan BP
2. rapat pleno
3. rapat penge
4. konsultasi dengan instasi terkait
     
 
     

     
 
     

IX Supirvisi
1. penerimaan administrasi
2. kunjungan keluar
3. pengembangan sarana prasarana
4. pemeriksaan adm tata
5. pemasukan b3
     
     
     

     
     
     
     
     

     
     



B.Pembahasan
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah Di SMP Ar-Risalah
Smp ar-risalah merupakan lembaga pendidikan yang berada dilingkungan pondok pesantren ar-risalah, yang secara struktural masih dalam naungan pondok pesantren ar-risalah, hal inilah yang membentuk sm memiliki kultur pesantren dalam keseharianya.
Kepala sekolah di SMP Ar-Risalah selalu melakukan hal yang mendorong untuk tercapainya tujuan yaitu dengan mengamati seluruh prilaku elemen-elemenya kemudian bertindak sesuai dengan kebutuhan. Semisal seorang staf kurang semangat dalam melakukan tugas maka kepala sekolah memberi motifasi, dorongan dan sebaginya.dll.
Kepemimpinan yang berjalan dalam proses pelaksanaan pendidikan di smp ar-risalah sangat didasari atas rasa saling menghormati, menghargai antar sesama. Dan juga sudah menjadi kultur terhadap senior, untuk selalu menjunjung tinggi dengan rasa hormat melebihi yang masih unior.
Kepemimpinan kepala sekolah di smp ar-risalah, yani mempengaruhi, mendorong, mengajak dan menggerakan orang lain untuk melakukan berbagai macam usaha yang diarahkan untuk mencapai tujuan sekolah smp ar-risalah adalah merupakan proses intern pengelola SMP Ar-Risalah dalam usahanya mendidik anak bangsa menjadi manusia yang berbudi luhur, berwawasan luas , beriman dan bertaqwa sesuai dengan misi visi smp ar-risalah.
Kepemimpinan smp arrisalah menjadi wewenang kepala sekolah dengan selalu mewujudkan sikap kepemimpinanya pada setiap saat baik baik dalam bentuk perkataan, perbuatan dan penetapan mterhadap setiap persoalan sekolah. Dalam hal ini biasanya muncul dalam bentuk sindiran, himbauan, permohonan sampai keperingatanketika ada bagian intern pengelola sekolah yang dirasa tidak melakukan tindakan yang tidak untuk memajukan kualitas sekolah.
Baik dari persoalan administrasi, menekjemen, kedisiplinan dan proses pengajaran/pembelajaran dll. Karena semua itu merupakan satu kesatuan yang dibentuk untuk mencapai tujuan pendidikan/sekolah.
Mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun dan menggerakan terhadap seluruh staf, anak didik dll, yang diarahkan ke pencapaian misi visi sekolah menjadi sikap kepala sekolah smp ar-risalah dalam proses kepemimpinanya.
Kepala sekolah smp ar-risalah menegur, memperingati bahkan sampai memberi sanksi terhadap guru yang tidak disiplin, dalam waktu mengajar, penyampaian materi dsb, memberi tugas, himbauan kepada bagian administratif tentang siswa yang belum memenuhi kewajiban administratif untuk menegurnya dan memberikan penekanan untuk dapat memenuhi kewajibanya. Dalam hal menejemen selalu mengontrol alokasi keuangan yang ada, transparasi kaungan, dalam hal lingkungan menekan ketika ada seluruh halaman yang belum terawat, pengajaran memberi masukan kepada guru yang ketika mengajar tidak maksimal dsb.
Kepada siswa kepala sekolah mengawasi proses belajar, memberi motivasi, memberi sanksi kepada anak didik yang tidak konsis, tidak patuh pada peraturan, nakal , selalu berbuat onar/ribut, dsb.
Dominasi kepala sekolah smp ar-risalah yang paling nampak adalah ketika ada persoalan dalam proses belajar/pengajaran. Karena hal tersebut merupakan media pendidikan yang digunakan disekolah, dan termasuk inti pendidikan di sekolah. Maka kepala sekolah smp ar-risalah memberikan solusi tepat terhadap masalah yang muncul tetapi tidak terus melepas persoalan yang lain, yang tentu menunjang ke arah kualitas sekolah/pendidikan.
Sehingga dominasi kepala sekolah smp ar-risalah secara garis besar masuk pada bidan administrasi, menejemen, pengajaran, linkungan, kesiswaan, hubungan masyarakat, kurikulum dan kedisiplinan, ketika ada persoalan dalam hal tersebut kepala sekolah langsung meberikan respon untuk memperbaiki, dari situ konteribusi kepala sekolah smp dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan/sekolah sangat besar.
B. Fungsi Kepemimpinan Di Smp Ar-Risalah Adalah Sebagai Berikut :
1. Sebagai Penentu Arah
dalam keadaan apapun sekolah/staf-staf sekolah baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan banyak persoalan . kepala sekolah smp arrisalah dengan kemampuan yang ada menjadi kebijakan akhir yang menentukan arah dalam suatru keadaan sekolah smp, seperti dalam proses perekrutan guru bahas baru kepala sekolah smp ar-risalah memberikan arah dengan mengeluarkan kebijakan untuk mengambil guru lulusan spesialis bahas demi kualitas sekolah/pendidika.
Pembentuka guru piket dibentuk dengan guru yang benar-benar memilki kapasitas terhadap beberapa mata pelajaran, yang nantinya akan dibentuk beberapa guru piket untuk beberapa mata pelajaran tertentu.
Dalam segala lini yang menjadi bagian dari sekolah kepala sekolah smp ar-risalah selalu menjadi penentui arah terhadap seluruh kinerja sekolahan.

2. Wakil Dan Juru Bicara
dalam proses mewujudakan visi misi sekolah smp ar-risalah baik itu yang bersifat intern sekolah maupun extern sekolah maka kepala sekolah smp ar-risalah menjadi juru bicara dalam hal tersebut
dalam hal ini seperti penjabaran uang administrasi yang dialokasikan kearah pencapaian proses belajar yang maksimal, sepreti lab bahasa, praktikum dsb, tempat olahraga, perpustakaan dsb yang kesemuanya perlu penjelasan kepada pihak yang terkait demi adanya rasa saling percaya antara sesama karena kepercayaan itulah yang akan berpengaruh terhadap eksistensi sekolah smp ar-risalah terutama keprcayaan terhadap walimurid.
Dalam berbagai hal kepala sekoloah smp Ar-Rsalah menjadi juru bicara kecuali ketika ada halangan yang harus diselesaikan oleh kepala sekolah sehingga jurubicara di wakili oleh yang diberi mandat oleh kepala sekolah./sekolah.
3. Sebagai Komunikator Yang Efektif
demi menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak, menghindari kesalah pahaman, yang nantinya akan berdampak pada persepsi orang tentang sekolah smp ar-risalah maka kepala sekolah smp ar-risalah menjadi komunikator efektif baik yang bersifat keluar maupun kedalam.
Komunikasi keluar sekolah hanya untuk menjaga hubungan keluara agar lebih baik, kedalam agar dalam proses pelaksanaan pegelolaan pendidikan berjalan dengan baik yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas sekolah smp ar-risalah.
Komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah di smp ar-risalah sangat memberikan kontribusi yang besar terhadap eksistensi sekolah smp ar-risalah dalam proses pengenalan kepada masyarakat bai yang bersifat kedalam maupun keluar hal ini biasanya dilakukan ketika masa penerimaan siswa baru, perpisahan kelas tiga, pelaksanaan ujian dsb.

4. Sebagai Mediator
perbedaan pandangan, pendapat, pemikiran dalam memandang, menyelesaikan suatu persoalan baik itu konsep, langkah/reflesi dalam sekolah smp ar-risalah itu kemungkinan besar yang selalu terjadi baik ketika rapat maupun non rapat.
Karena dalam organisasi yang mencakup berbagai macam jenis orang, suku, karakter, bahkan kepercayaan/agama, persepsi, cara pandang, maka kepala sekolah smp ar-risalah selalu menjadi mediator dalam proses penyelesaian terhadap setiap perbedaan yang ada bai yang bersifat kedalam maupun keluar.
Sperti ketika ada ada yang tidak sependapat ketika ada guru yang tidak begitu aktif, ada yang berpendapat untuk diganti/dipecat ada yang berpendapat tidak usah dipecat dengan alasan-aslasan yang tentunya sama-sama kuat maka kepala sekolah smp ar-risalah memberikan penyelesaian yang objektif/ salaing menguntungkan untuk keduanay dan begbagai macam kasus yang lain.
5. Sebagai Integrator
kepala sekolah smp ar-risalah juga menjadi kepala sekolah integrator yaitu kecenderungan untuk menghilangkan sektarianisme/golongan karena berbeda job, jabatan, suku, dsb.
Disitulah kepala sekolah smp ar-risalah menjadi penyatupadu sluruhnya untuk satu tujuan sekolah/pendidikan demi terwujudnya pencapaian sekolah yang berkualitas.
Dari kesekian fungsi kepala sekolah, basanya ada fungsi yang tidak bisa kepala sekolah smp ar-risalah lakukan karena halanganbaik sakit, musibah dsb. Namun tetap ada yang menggantikanya dalam fungsinya. Sehingga kontrol selalu dapat menekan keberada sekolah dala proses pencapaian sekolah yang berkualitas.
C. Type Kepemimpinan Kepala Sekolah Di SMP Ar-Risalah
Dalam menggerakan seluruh kewenanganya dalam proses menjalankan kepemimpinanya didalam sekolahan, kepala sekolah SMP Ar-Risalah selalu meminta pendapat/mendengarkan setiap usulan yang diajukan kepada kepala sekolah SMP Ar-Risalah setiap kali mengeluarkan kebijakan sekolahan.
Atau sering disebut dengan type demokratik yaitu menyadari benar-benar bahwa akan timbul kecenderungan dikalangan para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan dikalangan para anggota organisasi untuk melihat peranan satuan kerja dimana mereka berada sebagai peranan yang paling penting. Paling strategic dan paling menentukan keberhasilan organisai mencapai berbagai sasaran organisasional.
Dengan bahasa lain adalah type yang selalu mengeluarkan kebijakan yang didasari atas mufakat/musaywarah bersama, sehingga type ini yang sering disebut dengan manusiawi ya’ni selalu menghargai orang lain dengan tetap mengacu pada roda tugas masing-masing bagian.
Dalam hal ini ketika kepala sekolah SMP Ar-Rislah memberi teguran/peringatan kepada murid yang nakal/ kepada guru yang tidak disiplin dalam mengajar.

DAFTAR PUSTAKA


Jalal, Fasli dan Supriadi, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta : Adi Cita Karya Nusa, 2001.
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta : Grasindo, 2003.
UU RI tahun 1945 Pasal 31 ayat 4, Bandung : CV Pustaka Setia, 2004.
Mulyasa, E., Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : Remaja Resda Karya, 2004.
Dikdasmen, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Buku, Konsep dan Pelaksanaan, Jakarta, DEPDIKNAS, 2001.
Furchan, Arif, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Surabaya : Usaha Nasional, 1992.
Sonhaji, Ahmad, Tehnik Penulisan Laporan Kualitatif dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dari Keagamaan, Malang : Kalimasahada Press, 1996.
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta : Logos, 1997.
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatuu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1998.
Suhartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995.
Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasin, 1998
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1989.
Partanto A pius dan dahlan M,Kamus Ilmiah Popular, Surabaya: Arkolo, 1994.

2 komentar:

faisol mengatakan...

terima kasih sharing info/ilmunya...
selamat Berpuasa... semoga segala ibadah kita diterima oleh Allah SWT, amin...

saya membuat tulisan tentang "Bagaimana Menjadi Khatib Efektif?"
silakan berkunjung ke:

http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08/bagaimana-menjadi-khatib-efektif-1-of-2.html
(link di atas adalah tulisan ke-1 dr 2 buah link bagaimana menjadi khatib efektif?)

tulisan ini ttg : teknik berpidato/retorika/khithabah & dakwah (bukan sekadar berkata-kata)...

semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...

salam,
achmad faisol
http://achmadfaisol.blogspot.com/

Admin mengatakan...

Terima kasih infonya.
Bagi anda yang membutuhkan kumpulan format administrasi kepala sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, TK/PAUD kami menyediakannya secara lengkap dan praktis dalam bentuk CD Adm Kepala Sekolah. Silahkan kunjungi kami disini CD Administrasi Kepala Sekolah .
Terima kasih